Khamis, 31 Januari 2013

Makna Tiada Paksaan Di Dalam Islam ( Siri 3 ) - Soal Jawab

0 ulasan

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
وبعد, يسرلي أمري وأحلل عقدة من لساني يفقهوا قولي رب إشرح لي صدري و

Segala puji bagi Allah Swt., Pencipta sekelian alam. Salawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad Saw. Selamat sejahtera ke atas para Ahlul Bait, SahabatNya, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, para Syuhada dan Salafus Soleh serta orang-orang yang mengikut mereka dengan baik hingga ke hari kemudian. A'mma ba'du.

Saya mendoakan agar Allah Swt. sentiasa menerima semua amalan kita seterusnya melimpahkan segala rahmat dan keampunanNya di hari dan bulan yang mulia ini, InsyaAllah. Saya memohon perlindungan, rahmat dan bimbingan dari Allah Swt. dari sebarang kesilapan dalam menuliskan nukilan ini.

Disini saya sertakan beberapa korespondens antara saya dengan beberapa orang, Untuk tujuan dan manfaat ilmiyah bersama, insyaAllah.

Date: Wednesday, November 7, 2012, 5:56 AM

The Commentators like Al Qurtoby have mistranslated the word "Silm" or peace in the Quran to justify their expansionest ideology during the early islamic period.
Silm is 'peace'. Allah asked us to enter into 'peace'. Not aggression & coercion. Not Forcing people to convert to Islam.
But the corrupted tyrants in the early Islamic period said, "Oh you believers, enter into ISLAM (SILM) completely!"

2. We believe in the five pillars of Islam, but we consider them, as Prophet Mohamed himself maintained, to be the pillars of the religion - not the religion itself. Performing them is not the ultimate goal; rather, by doing them, we hope to establish a base of piety that should help us foster other religious values, equal to - if not more - pleasing to God, such as kindness, tolerance, and peace.

3. We respect other scholars and theologians who performed Tafseer (i.e., exegeses and interpretations of the Quran). However, as humans limited to a specific time and place, it is only normal to accept that much of their interpretations, while perhaps suitable to their time and place, may very well not at all be suitable to our much changed world. Accordingly, modern interpretations of the holy Quran (based on the one of the acknowledged roots of jurisprudence, Ijtihad) should be implemented to enhance and enrich our understanding of the religion.

9. We are clearly against any interpretation of the Quran or Islam that does not respect the value of human life, or that promotes hatred and violence against others.

Date: Wednesday, 7 November, 2012, 3:43 PM
 
Allah wills brings peace. Islam is not peace...its a religion.....a way of life

Date: Wednesday, 7 November, 2012, 7:45 PM

No bro, u didn't get it. What Shabir Ally meant is this ayat 2:208. 'Silm' is 'peace', not 'Islam' as commonly translated during earlier Islamic period to justify forced-conversion into Islam.

"O you who believe, enter into peace, all of you, and do not follow the footsteps of the Satan." (Quran 2:208)

5. We believed that the ultimate way of implementing true Islam in our lives is by living in peace and harmony with all mankind (2:208 Oh ye who believe! Enter into peace whole heartedly; and follow not the footsteps of Satan (the evil one); for he is to you an avowed enemy). Any historical event that may have contradicted this fundamental tenet in any way, shape, or form, is undoubtedly unacceptable to God and aginst the true teachings of the Qur’an.

From: edd zahir edd_zahir@yahoo.com
Date: Thursday, 8 November, 2012, 7:12 AM

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

The Commentators like Al Qurtoby have mistranslated the word "Silm" or peace in the Quran to justify their expansionest ideology during the early islamic period.
Silm is 'peace'. Allah asked us to enter into 'peace'. Not aggression & coercion. Not Forcing people to convert to Islam.
But the corrupted tyrants in the early Islamic period said, "Oh you believers, enter into ISLAM (SILM) completely!"

Sekadar bertanya :

Oleh kerana imam Al Hafiz Abu Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr al-Ansori al-Qurthubi Rohimahullah adalah seorang mistranslated, expansionest ideology dan corrupted tyrants

maka adalah lebih baik segala kitab tafsir dan kitab Islamiyah lain (25 kitab semuanya dalam pelbagai bidang) karangan beliau dibakulsampahkan sahaja.

Ini disebabkan seseorang yang : mistranslated, expansionest ideology dan corrupted tyrants, adalah seorang yang tidak lagi terpercaya (tsiqah) tetapi mardud untuk diambil ilmu darinya. 

سكيان , والسلام

Sent: Friday, November 9, 2012 2:46 PM
 
Slm ustaz, Pls dont get it wrong.

The person who mistranslated it might not deliberately did it. He was just trying his best to interprete/tafsir. But there were also warlords around who took the translation out of context, who were driven/obsessed by their own interest, and became tyrants who did aggression, or forcefully convert kafirs.

There are a few points to address here:

1. Forceful conversion is against the teachings of Quran. Rasulullah SAW never did it. Rasulullah SAW had NEVER forced people to believe.

2.No one is free from making mistakes. Sahabah, tabiins & old great scholars may make mistakes in their writings.  And that it's our responsibility to always check & verify everything we read & learn. We cannot take everything blindly.

3.  No one can claim to have the best interpretation, not Syabir Ally , not Ibn Kathir, or anyone, bcoz none knows its ta'wil except Allah SWT (3:7)

We can just do our effort to seek knowledge & pray for guidance..

"Our Lord! Let not our hearts deviate (from the truth) after You have guided us, and grant us mercy from You. Truly, You are the Bestower." (3:8)

Let's hope for the best in doing ijtihad, by putting effort to seek & choose the best source of guidance (39:17-18), ..for more meaningful life, and also to defend & support Rasulullah SAW (33:56) from all falsehood attributed to him.

Wallahua'lam

From: edd zahir edd_zahir@yahoo.com
Sent: Monday, November 12, 2012 4:44 PM

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Terima kasih atas maklumbalas dan penjelasan dari tuan, dan saya memahaminya. Saya mahu mengulangi statement asal, yang saya kurang senang dengannya :

The Commentators like Al Qurtoby have mistranslated the word "Silm" or peace in the Quran to justify their expansionest ideology during the early islamic period.
Silm is 'peace'. Allah asked us to enter into 'peace'. Not aggression & coercion. Not Forcing people to convert to Islam.
But the corrupted tyrants in the early Islamic period said, "Oh you believers, enter into ISLAM (SILM) completely!"

Statement ini bukanlah seperti penjelasan tuan, tapi suatu tuduhan langsung ke atas sifat peribadi imam Al Qurthuby Rhm. (sekarang disebut Cordova, Spain) yang mempertikaikan kefaqihan ilmu dan kredibiliti peribadi beliau. Di dalam kitab tafsir Al Jami' li Ahkam il Qur`an, Jilid 2 halaman 257-258, beliau rhm. memang menafsirkan lafaz Silmi kepada Islam. Malah semakan saya ke atas 6 kitab tafsir muktabar lain pun memaknakan yang sama, termasuklah sahabat Baginda Saw., Abdullah Ibnu Abbas Rhu.

Natijah dari tuduhan sedahsyat ini adalah menjadikan beliau seorang yang kategori tidak faqih lantas mardud, malah meliputi ke atas semua mufassirin muktabar yang lain, yang tidak layak lagi diambil ilmu manfaat darinya. Semestinya kita ingati, prinsip mengambil ilmu seharusnya :

"Janganlah kamu cenderung kepada orang yang melakukan kezaliman, lantas kamu akan disambar oleh api neraka. Dan tidak ada bagimu wali selain daripada Allah, kemudian kamu tiada mendapat pertolongan.”
Surah Hud (11) : ayat 113

Al-Imam Malik bin Anas Rhm. menjelaskan : Ilmu tidaklah diambil dari empat orang : (1) Orang yang bodoh yang menampakkan kebodohannya meskipun ia banyak meriwayatkan dari manusia, (2) Pendusta yang ia berdusta saat berbicara kepada manusia, meskipun ia tidak dituduh berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam (dalam hadis), (3) Orang yang menurutkan hawa nafsunya dan mendakwahkannya, dan (4) Orang yang mempunyai keutamaan dan ahli ibadah, namun ia tidak tahu apa yang dikatakannya (yaitu tidak faqih).
Imam Al Hafiz Abu Bakar bin Ahmad bin Ali Al Khothib Al Baghdadiy Rhm, Kitab Al Kifaayah Fi Ilmi Riwayah, Jilid 1, halaman 77-78

Saya akui, sebagai mukmin sewajibnya kita beri'tiqad bahawa hanya Allah Ta'ala yang sebenar-benarnya dan hanya Nabi Saw. yang ma'sum (bersih dari salah silap). Manusia lain tiada hak ini, sepertimana dinyatakan kalamullah :

"Dia lebih mengetahui akan keadaan kamu semenjak Ia menciptakan kamu (berasal) dari tanah, dan semasa kamu berupa anak yang sedang melalui berbagai peringkat kejadian di dalam perut ibu kamu maka janganlah kamu memuji-muji diri kamu (bahawa kamu suci bersih dari dosa). Dialah sahaja yang lebih mengetahui akan orang-orang yang bertaqwa."
Surah An Najm (39) : Ayat 32

Dan bukanlah hal ini pun yang saya mahu sebutkan melainkan, sebenarnya perkara adab dan akhlak dalam perselisihan (khilafiyah) penafsiran dan pemahaman ilmu Allah Swt. Amat kurang ajar perkataan sebegitu dikeluarkan ke atas seorang ulama' lain oleh seseorang lain atas sebab mempuyai penfasiran/pemahaman berbeza. Perbuatan ini lebih menyerlahkan sikap takbur dalam diri berbanding dari hasrat menyampaikan al haq.

Perselisihan/khilaf sebenarnya terhasil dari cara penafsiran/pemahaman ke atas mufradat/masdariyah/vocabulary "sin.laam.miim - salima" sama ada dimaknakan secara lughah Arab - sejahtera, selamat, aman, damai atau pun secara maknawi isthilah/syara' - Ad Diin ul Islam. Manusia yang beraqal, waras dan ikhlas dalam beragama, pasti benar memahami dan sedar bahawa perselisihan begini bukanlah alasan untuk memardudkan dan menistai satu orang lain.

Lantaran itu mesti difahami dengan benar apakah : terjemahan, ta’wilan dan penafsiran sebelum berkata terlalu banyak. Ijtihad satu manusia tidak pernah membatalkan ijtihad satu manusia lain. Dan mesti diingat bahawa ijtihad adalah bathil sama sekali ke atas sesuatu urusan yang soreh dan qoth’ie ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Pasti sekali as Silmi itu berarti Islam kerana tiada satu pun “jalan” yang boleh membawa kepada kesejahteraan, kedamaian dan keamamnan yang hakiki melainkan Islam justeru Allah telah berfirman :

“Dan barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Surah Ali Imran (3) : ayat 85

Hujjah dan alasan bahawa penafsiran terdahulu tidak tepat (outdated) berbanding modern interpretation yang lebih relevan dengan zaman, seharusnya berhati-hati dengan pernyataan ini kerana Islam tetap yang asli dan ia baqa’ (kekal), maka zaman yang mesti mengikut Islam dan bukan Islam diubahsuai mengikut zaman. Sila berhati-hati.

Yang saya maqsudkan adalah perkara adab dan akhlak dalam berilmu, memberikan pandangan terhadap ilmuwan lain dan memberikan penafsiran ke atas Islam dan Kalamullah.

سكيان , والسلام

From: edd zahir
Sent: Wednesday, November 28, 2012 10:33 AM

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
 
Amat menarik sekali hal ini untuk dikongsikan secara bersama sebenarnya perbincangan sebegini.
 
Go ahead, do as what you like with volumes of kitabs of your idolized mullahs but don't tell me to blindly follow what you have blindly swallowed.

Tiada sesiapa pun yang blindly follow and swallowed with volumes kitabs of idolized mullahs (ini fahaman syi'ah) and yang orang lain kata waimma sesiapa pun selain Nabi Saw. Semua orang Islam telah faham bahawa Allah Swt. Yang Ma'bud Yang Qahhaar telah pun berpesan :
"Dia lebih mengetahui akan keadaan kamu semenjak Ia menciptakan kamu (berasal) dari tanah, dan semasa kamu berupa anak yang sedang melalui berbagai peringkat kejadian di dalam perut ibu kamu maka janganlah kamu memuji-muji diri kamu (bahawa kamu suci bersih dari dosa). Dialah sahaja yang lebih mengetahui akan orang-orang yang bertaqwa."
Surah An Najm (39) : Ayat 32

hanya Allah Ta'ala yang sebenar-benarnya dan hanya Nabi Saw. yang ma'sum (bersih dari salah silap). Manusia lain tiada hak ini.

Yang dirujuki, ditinjau dan dinaqal pendapat, huraian dan penjelasan dari orang tertentu itu (pasti sekali dirujuki kepada orang yang faqih dan terpercaya mengikut sesuatu bidang) kerana ummat Muslimin mahu mematuhi perintah Allah Swt. sendiri :

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka (para rasul dan nabi), maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan (A) jika kamu tidak mengetahui".
Surah An Nahli (16)  : ayat 43
A.           orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan Al Bayan

Ini dijelaskan oleh firman Allah Swt. lagi :

"Dan tiada Kami utuskan sebelum engkau (Muhammad) melainkan beberapa orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang ahli zikr (orang yang berilmu tentang Al Kitab) jika kamu tidak mengetahui."
Surah Al Anbiyaa’ (21) : ayat 7

Dan cara bagaimana mendapatkan pengetahuan itu pun telah Allah Swt. jelaskan juga :

"Dengan keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad Saw.) Al Qur'an agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (B) dan supaya mereka memikirkan".
Surah An Nahli (16) : ayat 44

B. Segala perintah yang terdapat di dalam Al Furqan (larangan, perintah, kisah, hukum, dll.)

yaitu : mendapatkan ilmu mengenai Islam itu menerusi mu'jizat dan keterangan Al Qur'an sendiri yang dijelaskan oleh Nabi Saw. sendiri. Memberi makna tidak boleh memahami Islam dan Al Qur'an sesuka hati melainkan menerusi apa yang Allah telah tetapkan dan dikhabarkan oleh Nabi Saw. Sekiranya hal ini tidak dijaga dan dipatuhi, orang akan buat sesuka hati tentang Islam dan Al Qur'an.

Dalam rangka memahami dan mentaati Islam secara yang benar, maka proses mendapatkan keterangan dari Allah dan Rasul sendiri ke atas Islam dan Al Qur'an wajib dilalui. Jika tidak kita akan jadi sepertimana ummat ahli kitab terdahulu walau pun sekarang ini yang memahami kitab dan menafsirkan sesuka hati :

“Belum sampaikah lagi masanya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyu’ hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran Allah serta mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan janganlah pula mereka menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Kitab sebelum mereka, setelah orang-orang itu melalui masa yang lanjut maka hati mereka menjadi keras, dan banyak di antaranya orang-orang yang fasiq - derhaka."
Surah Al Hadiid (57) : ayat 16

Semua ini, terangkum di dalam satu peringatan paling jelas oleh Allah dan rasul kepada semua ummat muslimin dalam rangka beriman, tundukpatuh, mentaati dan melaksanakan segala yang disuruh dan meninggalkan segala yang dilarang : berbuatlah semua itu mesti dengan ilmu yang haq. Allah Ta'ala telah pun berpesan :

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ketahui kerana sesungguhnya pendengaran kamu, penglihatan kamu dan hati kamu akan ditanya dan dipersoalkan."
Al Israa’ (17) : ayat 36

Nota : diakui sangat besar jumlah ummat Islam yang terlepas pandang hal asas ini dan melewakannya sahaja, lebih senang menjadi taqlid buta. Entah di mana silapnya, saya tidak berani menuduh melulu. Baik sekali hal ini dibincangkan dalam satu forum khusus yang lain, supaya ada penyelesaian dan memberi kebaikan, daripada menuduh itu ini tetapi tidak memberikan membantu apa pun jalan kebaikan. Sekiranya kita tahu dan berupaya, bantulah saudara kita yang lain sebaik-baiknya, jangan berkata rambang dan meninggalkan titik soal.

Jgn terlalu taksub dgn ulama2 idola sehingga kitab2 tafsir & hadis2 mrk boleh RULE-OUT perintah Allah. 

Terima kasih atas peringatan. Keterangan yang dinyatakan di atas memberitahu sejelas-jelasnya bahawa yang ditudukpatuhi hanyalah adalah Allah dan Rasul-Nya semata-mata, bukannya manusia lain. Baik difahami benar-benar antara kaedah yang digunapakai untuk memahami seterusnya menjadi landasan kepada ketaatan berbanding dengan ketaatan yang haq.

ulama2 idola sehingga kitab2 tafsir & hadis2 mrk boleh RULE-OUT perintah Allah.
 

Menarik hal ini, harap dapat diberikan semua keterangan berkaitan supaya boleh dikongsikan, diperhati, dibincangkan dan memberi manfaat kepada semua orang. Yang tidak benar pasti sekali mesti akan ditolak. Kewajiban semua ummat Mukminin menolak kebathilan dan menerima kebenaran. Cuma butiran lengkap – yang rule out - itu mestilah diberikan.

Mari kita kembali ke fokus asas topik ini :

Bagaimana sebenarnya dengan hanya lafaz : Tiada Paksaan Dalam Agama (2:256), disokong oleh beberapa ayat lain yang Allah Swt. menyeru para Nabi, Rasul dan seluruh ummat Muslimin supaya terusan berda'wah kepada kafirin tentang Islam tetapi tidak boleh memaksa mereka memasuki Islam, boleh pula membawa kepada adanya pengistinbatan hukum sebegini :

Samada org tu Islam ke kafir ke, berubah fikiran, nak tukar agama/kepercayaan, dari beragama Islam solat sembah Allah, esok dia berubah fikiran sembah patung Buddha, minggu depan insaf balik taubat pergi masjid sembah Allah, bulan depan jadi tolol lagi, tukar agama join keling paria pergi sembah lembu2, kemudian terus tak percaya Allah sembah orang, sembah patung/palang, atau sembah lori angkut taik sekalipun, itu semua urusan Allah. Allah yang akan hukum org mcm tu. Bukan urusan kita utk paksa dia, hukum dia, bunuh dia. Tak boleh. Kita cuma sampaikan saja.

yang warna merah tu patut dibincangkan dalam forum yang lain selepasnya. ini hal bentuk hukuman ke atasnya, bukannya hal asas yang sedang diperbicarakan.

سكيان , والسلام

Sent: Friday, November 30, 2012 8:52 AM

Salam,

Now this is good, now we are talking, we are discussing based on points & substance.
Educate, dakwah, menyebarkan syiar Islam - is a YES. 
Paksaan (dgn kekerasan/hukuman) - is a NO.

As expalined by verses  2:256 and posted earlier as below:-

[Quran 10:99] Dan kalau Tuhanmu mengkehendaki, tentulah beriman (percaya) semua orang di muka bumi seluruhnya. Apakah engkau hendak MEMAKSA manusia supaya mereka menjadi org2 mukmin (believers/ org yg percaya)?
Dlm ayat 18:29 itu juga Allah sediakan balasan buruk bagi org yg tak percaya dan balasan baik & nikmat bagi org2 yg percaya dlm ayat seterusnya (18:30-31) Allah. (ini semua urusan Allah, bukan urusan kita nak menghukum & paksa org utk percaya)

[88:21-22] Maka peringatkanlah, kerana sesungguhnya engkau hanyalah pemberi ingat; bukanlah engkau dapat memaksa atas mereka

Wassallam,
Read more...

Risalah Jumaat : KEWAJIBAN MENDAMAIKAN SENGKETA ANTARA SESAMA MUSLIM

0 ulasan


KEWAJIBAN MENDAMAIKAN SENGKETA ANTARA SESAMA MUSLIM
Allah Swt. telah berfirman :
“Dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya; jika salah satunya berlaku dzalim terhadap yang lain, maka lawanlah puak yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam segala perkara); sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.”
Surah Al Hujuraat (49) : ayat 9
Sebab-sebab turunnya ayat (asbaabun nuzul) :
Dilaporkan oleh Anas bin Malik Rhu. bahawa suatu ketika Rasulullah Saw. dijemput untuk melawat Abdullah bin Ubay, Baginda menaiki keldainya dan diikuti oleh sekumpulan sahabat sambil berjalan. Apabila Rasulullah Saw. menghampiri Abdullah bin Ubay beliau berada betul-betul di hadapan rombongan Rasulullah Saw. sambil mencemuh : Jauhkan dirimu, demi Allah, bau untamu menyakitkan hidungku. Lalu salah seorang sahabat dari golongan Ansar menjawab : Demi Allah, bau unta Rasulullah Saw. adalah lebih harum dari bau mu. Maka pergaduhan tercetus dan turunlah ayat :
Dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim Rhm. dan Imam Ahmad Rhm.
Nota: Abdullah bin Ubay adalah ketua golongan munafiq, dan bukanlah sesuatu yang aneh untuk golongan munafiqin dan musyrikin menggunakan lafaz “demi Allah” di zaman Jahiliyah kerana mereka masih mengakui keesaan Allah sebagai Rabb ul ‘alamin (Pencipta sekalian alam), yang berbeza cuma mereka syirik terhadap Allah dalam penyembahan dan pengibadatan mereka.
Pengajaran ayat :
Ayat ke 9 ini merupakan suatu perintah kepada seluruh ummat Muslimin lain (yang tidak terlibat dalam persengketaan itu) supaya menjadi orang tengah yang adil dan tidak buta tuli menyokong mana-mana pihak yang bersengketa. Yang ditekankan adalah prinsip untuk mendamaikan dua golongan Muslim yang bersengketa atau berperang itu. Sekaligus ayat ini melarang ummat Muslimin daripada menjadi penyokong atas apa jua kezaliman dan kerosakan sekali pun ia dilakukan oleh saudara sendiri.
Langkah pertama :
kedua pihak tersebut mesti dikehendaki menghentikan kekerasan ke atas satu sama lain terlebih dahulu. Siapa yang memulakan kekerasan tidak penting pada tahap ini. Yang penting adalah perdamaian dan persefahaman harus segera dicapai. Ini bagi mengelakkan kerosakan yang lebih teruk.
Langkah kedua :
jika ada satu pihak tetap berkeras untuk berperang dan tidak mahukan penyelesaian, maka pihak yang mahukan damai hendaklah disokong supaya pihak yang degil dapat ditundukkan kepada undang-undang dan ketetapan Allah (berdamai).
Keutamaan menghentikan kekerasan sesama ummat Muslimin adalah perintah dari sabda Rasulullah Saw. :
“Bantulah saudaramu samada yang zalim atau dizalimi”. Seorang sahabat Anas bin Malik Rhu. terkejut lalu bertanya : Wahai Rasulullah, membantu yang dizalimi itu jelas tetapi bagaimana kami membantu mereka yang zalim? Rasulullah Saw. menjawab : Bantulah dia dengan menghentikannya dari (terus) menzalimi.”
Hadis sahih riwayat imam Bukhari Rhm. dan imam Muslim Rhm.
Langkah ketiga :
apabila pihak yang degil sudah berjaya ditundukkan, maka rundingan damai bolehlah segera dibuat untuk mencari penyelesaian kepada perselisihan dan mencapai kesefahaman semula. Sesiapa yang telah melakukan kesalahan hendaklah diberikan penghukuman yang adil dan setimpal dengan kesalahan. Hukum Allah Swt. tidak terlepas dari sesiapa pun sekalipun dia terdiri dari kaum keluarga sendiri.
Firman Allah Swt. lagi :
“Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu; dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat..”
Surah Al Hujuraat (49) : ayat 10
Sebab-sebab turunnya ayat (asbaabun nuzul) : Sama dengan ayat ke 9
Pengajaran ayat :
Ayat ke 10 ini adalah lanjutan kepada ayat ke 9. Ayat ini menegaskan bahawa orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara. Orang-orang yang beriman sedar bahawa konsep persaudaraan (brotherhood) dalam Islam itu penting dan adalah sesuatu yang ‘integral’ kepada kekuatan ummah. Ikatan persaudaraan dalam Islam haruslah diutamakan dan kedudukannya mestilah di atas ikatan-ikatan lainnya.
Ikatan persaudaraan dalam Islam adalah yang terbaik sifatnya yang merangkumi aspek kasih-sayang, tolong-menolong tanpa diskriminasi kelas, pangkat dan kedudukan juga tanpa tipu-menipu dan tindas-menindas. Sabda Rasulullah Saw. dalam beberapa buah hadis mengenai persaudaraan Islam :
Saling tolong menolong dalam kebaikan :
“Allah membantu hambaNya selama mana dia membantu saudaranya.”
Hadis sahih riwayat imam Muslim Rhm.
Dari Abu Musa Al-Asha’ri, Rasulullah Saw. bersabda
“Orang beriman itu ibarat sebuah bangunan, setiap satu menyokong yang lainnya.”
Hadis sahih riwayat sohihaini.
Saling berkasih-sayang :
Dari Anas bin Malik Rhu, Rasulullah Saw. bersabda
“Tidak beriman (dengan iman yang sempurna) sesiapa di antara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya.”
Hadis sahih riwayat sohihaini.
Tidak tindas-menindas sesama sendiri :
Dari Abu Hurairah Rhu, Rasulullah Saw. bersabda
“Sesiapa yang menipu kita adalah bukan di kalangan kita (muslim yang benar beriman).”
Hadis sahih riwayat imam Muslim Rhm.
Tidak berlama-lama dalam perselisihan faham :
Dari Abu Ayub Al-Ansari Rhu. bahawa Rasulullah Saw. bersabda
“Tidak boleh seorang muslim itu memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga malam dengan berpaling daripadanya bila bertemu, sesungguhnya yang terbaik antara keduanya adalah yang dahulu memberi salam.”
Hadis sahih riwayat sohihaini.
Hubungan persaudaraan Islam, adakalanya lebih kuat bila dibandingkan dengan saudara-saudara sedaging. Masing-masing berusaha untuk mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan bersama. Menentang dan menghadang bersama untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan membawa kekacauan dan kesusahan bagi saudaranya. Persaudaan Islam tidak mengenal suku, warna kulit, turunan, pangkat dan golongan, semuanya sama. Dalam pandangan Allah Swt., yang membezakannya adalah ketaqwaan.
Tugas seorang Muslim terhadap sesamanya adalah saling membantu, saling menasihati dan saling bahu-membahu dalam menghadapi segala kemungkinan, terutama yang membawa citra kurang baik terhadap umat Islam. Berhadapan dengan pihak luar, ummat Islam harus bersatu dan apabila terjadi persengketaan sesama ummat muslimin, semuanya mesti berlapang dada dan berusaha menempuh jalan damai. Demikianlah sifat ummat Muslimin yang dinyatakan oleh Allah Swt. :
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (manusia) kepada Allah dan beramal salih dan berkata, "Bahawasanya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Muslim). Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan diantara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Surah Al Fussilat (41) : ayat 33-34
Islam sangat menghargai orang-orang yang bersedia membantu saudaranya, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh saudaranya itu. Kesulitan itu banyak ragamnya, ada yang memerlukan bantuan materi, ada yang memerlukan bantuan pikiran, tenaga, dan bantuan bimbingan agama serta bantuan-bantuan lainnya yang dikeluhkan. Semua bentuk pengorbanan, betapa pun kecilnya tidak pernah sia-sia dan akan mendapat ganjaran pahala dari Allah Swt. sebagaimana firman-Nya :
”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Surah Muhammad (47) : ayat
Akhirul kalam :
bersamalah kita memperbaiki diri, saling mengasihi dan saling bantu-membantu sesama Muslimin serta sentiasa menjadi ummat yang wasithiyah (sederhana, pertengahan) dalam segala hal, tidak akan sesekali menegakkan kesalahan sebaliknya akan sentiasa menegakkan kebenaran dan selalu mendamaikan sesama Muslimin. Wallahu a’lam.


Read more...

Selasa, 22 Januari 2013

Qiamat : Hanya Ketentuan Allah SWT.

0 ulasan

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
وبعديسرلي أمري وأحلل عقدة من لساني يفقهوا قولي رب إشرح لي صدري و
 
Segala puji bagi Allah Swt., Pencipta sekelian alam. Salawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad Saw. Selamat sejahtera ke atas para Ahlul Bait, SahabatNya, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, para Syuhada dan Salafus Soleh serta orang-orang yang mengikut mereka dengan baik hingga ke hari kemudian. A'mma ba'du.

“Wahai orang-orang yang beriman! bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia menang dengan kemenangan yang besar.”
Surah Al Ahzaab (33) : ayat 70-71

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (Al Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw. (As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. Amma ba’du.
 
Saya tuliskan artikel ini bermula pada 1 Januari 2013. Ini adalah siri ke 5, yang mana 4 artikel terdahulu :
1.    Adakah Qiyamat Pada 2012 (Siri 1)
2.    Adakah Qiyamat Pada 2012 (Siri 2)
3.    Gempa Bumi : Peringatan Allah tentang Qiyamat
4.    Tanda Qiyamat : Adakah Dunia Akan Bergelap 3 Hari
 
Berikutan daripada itu, ada sebahagian dihujjah balas, ringkasannya begini :
 
A.           Intipati hujjahannya adalah tidak bersetuju dengan ketetapan hal ghaib hanya diketahui Allah Swt. dan rasul-Nya sahaja, dengan alasan para waliyullah turut diberi hak mengetahui yang ghaib (menerusi ilmu laduni, anugerah, kelebihan, kasyaf dan selainnya yang juga dipercayai diberikan oleh Allah). Disusuli pula dengan bukti dari kisah-kisah pelik-pelik, mimpi-mimpi, tahayul dan berhantu-hantuan yang hakikatnya tak ketahuan sumber mana untuk dinilaikan keabsahannya, sebaliknya disuruh percaya sahaja. Sedangkan sabdaan Nabi Saw. pun para ulama’ bertungkus lumus berusaha untuk menentukan sahih, dhaif atau palsu supaya manusia tidak terkeluar dari As Siraatul Mustaqiim dengan mengikuti/mengimani yang benar dan sah sahaja.
 
Kalam mereka ini telah dijawab dengan Kalamullah sendiri :
 
"(Dia adalah Tuhan) Yang Maha Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada rasul yang diredhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya."
Surah Al Jiin (72) : ayat 26-27
 
“Dari Abdullah bin Umar Rhu. bahawasanya Rasulullah Saw. bersabda : Kunci-kunci ghaib itu lima ; Sesungguhnya hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada didalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada yang seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Hadis sahih riwayat imam Bukhari Rhm.
 
Imam Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr Al Ansori Al Qurthubi Al Andalusimenyebutkan pendapat Abdullah Ibnu Abbas Rhu. yang mengatakan bahawa kelima kunci-kunci ghaib tersebut tidaklah ada yang mengetahuinya kecuali Allah Swt. Hal itu juga tidak diketahui oleh para malaikat juga para Nabi yang diutus. Maka barangsiapa yang menganggap bahawa dirinya mengetahui sesuatu tentang itu semua maka orang itu telah mengingkari Al Qur’an dikeranakan ia telah menyalahinya.
Kitab Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an (Tafsir Al Qurthuby), Juz 14 halaman 400
 
Kalaupun ada pihak selain Allah Swt. yang mengaku tahu perkara ghaib, maka dia adalah para rasul Allah yang diredhaiNya. Sedangkan sejak diutus Nabi Muhammad Saw. 1450 tahun yang lalu, pintu keNabian dan keRasulan telah ditutup oleh Allah Swt. Berarti, siapapun dewasa ini yang mengaku tahu atau membawa perkara yang ghaib, maka pasti sekali dia adalah seorang pendusta dan penipu. Dia bukan seorang wali Allah malah dia lebih pantas disebut sebagai seorang wali syaithan. Satu taraf dengan pak nujum, tukang ramal dan segala macam paranormal. Lantaran bukanlah sifat seorang wali apabila mengkhabarkan berita tentang perkara ghaib, ia hanya datang dari perasaan dan prasangka sendiri.
 
Itulah sebabnya di dalam ajaran Islam segala pengetahuan mengenai perkara yang ghaib haruslah bersumber hanya dari Allah Swt. atau Rasulullah Saw.  ya’ni berdasarkan Al Qur’an serta hadits sahih. Misalnya, jika seorang da’ie berbicara mengenai alam kubur, tanda-tanda qiyamat, alam tidak tampak serta kehidupan di alam akhirat, maka dia hanya boleh menjelaskannya jika berdasarkan ayat Al Qur’an dan hadits sahih. Jika seorang da’ie berbicara mengenai hal-hal seperti itu namun tidak berlandaskan ayat atau hadits, berarti ia telah menempatkan dirinya sebagai salah satu pemuja thaghut. Dan orang yang membenarkan ucapan-ucapan da’ie seperti itu berarti ia telah mengimani thaghut. Dan mengimani thaghut berakibat kepada batalnya iman seseorang. Lantaran dia telah melepaskan dirinya secara sedar dan waras, dari 2 kalimah toyyibah yang merupakan buhul tali yang amat kuat yang tidak akan pernah putus (Surah Al Baqarah [2] : ayat 257).
 
B.           Ada sebahagian yang menyanggah, bahawa semua khabar itu diyaqini boleh saja jadi benar atau tidak benar, antara boleh dipercaya atau boleh tidak. Yang membentuk imannya itu : sekejap percaya sekejap tidak. Maka diputuskan tidak boleh ditolak terus. Ini didasari pula dengan khabar palsu yang dicatatkan dari berbagai riwayat, antaranya : imam al Hakim di dalam al-Mustadrak dan imam Asy Syafi’e di dalam Musnadnya. Khabar ini diriwayatkan dari beberapa periwayat yang lemah yang dicop sebagai pendusta dan tukang pemalsu hadis seperti Ibn Lahi’ah dan al-Haris. Saya tuliskan semula khabar yang disebut itu tanpa perubahan.
 
Dari Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahawa Rasulullah SAW bersabda :   Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itul..."Kami bertanya: "Suara apakah, ya Rasulullah? Beliau menjawab : Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumaat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumaat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumaat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah : Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus", kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa". (Al Hadis)
 
Inilah natijahnya, apabila pendidikan aqidah Islam tidak ditekankan secara yang sepatutnya. Kita lebih banyak menumpukan amalan fiqh itu pun secara secara taqlid ikut-ikutan membuta tuli sahaja dan berlebih-lebih pula dalam hal fadhail amal, sehingga melupai persoalan paling pokok Islam ya’ni aqidah. Juga lebih suka mendengar kata-kata berbanding merujuki nas dasar Islam sendiri yaitu dalil yang sahih, soreh dan qat’ie dari Al Qur’an dan As Sunnah. Demikianlah sebabnya ramai orang Melayu Islam sekalipun bersolat dan kelihatan alim dalam segala hal, hakikatnya begitu mudah terpengaruh dengan segala macam khurafat, bomoh, tahayul dan seumpamanya. Paling menjengkelkan, manusia dikatakan alim ini pula yang menjadi tekong memburu hantu, sekaligus menarik banyak manusia lain ke alam tahayul, khurafat, mimpi-mimpi dan bid'ah.
 
Jika kita jelas dan tegas dalam persoalan aqidah, tentu segala perkhabaran dhaif, palsu, khayalan dan diada-adakan seperti itu, serta unsur-unsur penyembahan agama lain tidak akan dapat mengelirukan aqidah dan pemikiran ummat. Ketegasan dalam aqidah pasti sekali melahirkan ummat yang jelas tahu mana batasan antara iman dan kufur, tegas pendirian dan mantap tentang apa-apa yang berhak ditundukpatuhi (al wala’) dan apa yang wajib ditolak (al bara’). Dalam kata lain, aqidah suci Islam ini melahirkan ummat yang teguh pendirian sehingga sanggup menitiskan darah sekali pun sekiranya perlu demi mempertahankannya, dan dalam keadaan biasa amat kekar, jitu serta waras pendirian yang dengannya sebegitu mudah dia memilih untuk menerima yang mana benar (untuk diamalkan) dan yang mana salah (untuk ditolak dan tidak diamalkan).

Dan bukanlah sifat dan ciri aqidah suci Islam itu, melahirkan sekelompok ummat yang terketar-ketar imannya, bergoncang-goncang aqidahnya, sehingga tidak tahu membezakan yang mana satu benar dengan yang mana salah. Malah akhirnya menganggap segala benar atau salah itu sama dan serupa sahaja, seterusnya menjadikan keduanya pula bercampur baur. Kegoncangan aqidah inilah penyebab timbulnya fahaman “boleh dipercaya atau boleh tidak”. Hakikatnya, mana mungkin segala macam khabar dhaif dan palsu, ramalan dan teka-tekaan dijadikan kepercayaan. Kalaulah begitu fahamnya, segala yang haq (kalamullah dan sabdaan rasulnya yang sahih) sudah menjadi satu taraf sahaja dengan segala macam khabar bathil dan palsu.
 
Hakikatnya, perbuatan mencampuradukan antara yang haq dengan yang batil ini adalah menyembunyikan al haq (kebenaran) dan memesongkan makna ilmu pengetahuan dari pemahaman sebenarnya. Ini perbuatan amat bathil dan besar dosanya. Demikianlah pesanan Allah Swt. di dalam KalamNya :
 
“Dan janganlah (sekali-kali) kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”.
Surah Al Baqarah (2) : ayat 42
 
C.           Paling ramai yang menyanggah dengan berhujjahkan bahawa disampaikan segala ramalan dan perkhabaran dari kalam manusia itu bukanlah berhasrat menafikan kebenaran Kalamullah dan sabdaan rasul-Nya, tetapi ia dikisahkan tidak lebih sebagai memberi peringatan semata-mata supaya manusia tidak leka dan boleh menguatkan lagi ketaatan kepada Islam. Realitinya, inilah antara kepercayaan yang paling pelik dari segala jenis kepelikan yang ada dimuka bumi selama ini.
 
Yang semestinya kita ingat, manusia berada di dalam kekeliruan disebabkan mereka tiada pengetahuan. Dan pengetahuan itu pula mestilah pengetahuan yang benar. Dan pengetahuan yang benar itu mestinya datang dari Kalamullah dan sabdaan rasul-Nya. Terimalah hakikat bahawa kekeliruan yang berlaku disebabkan khabar yang jelas dan benar itu tidak diketahui, sehingga menyebabkan manusia ini berpaling dan berpegang kepada segala macam khabar dhaif, munkar, palsu dan diada-adakan. Khabar-khabar sebegitulah yang berlegar-legar disekeliling, diceramahkan, dikuliyahkan, dicucuk-cucuk ke dalam hati nurani ummat sehingga menenggelamkan khabar-khabar yang haq. Yang menjengkelkan, khabar-khabar palsu ini pula dijaja oleh orang-orang terhormat dan dianggap serba tahu dalam masyarakat. Natijah paling besar adalah manusia awam yang pastinya serba tidak tahu, tidak lagi tahu membezakan yang mana khabar benar dan khabar palsu, sebaliknya tangkap borong dengan menghadam sahaja semua sekali lantaran ia terkeluar dai mulut orang yang dianggapnya sangat tahu.

Adakah tidak cukup kalamullah dan sabdaan rasul-Nya untuk memperingatkan manusia tentang haqiqat qiyamat? Tidak lengkapkah ia untuk membawa manusia ke As Siraatul Mustaqiim? Justeru itu, sampaikanlah peringatan dengan kalimat dan kata-kata yang haq ya’ni kalamullah dan sabdaan rasul-Nya. Inilah bentuk khabar yang tidak ada keraguan padanya, sentiasa menjadi rahmat kepada seluruh alam dan membawa kebaikan di akhirat jua. Inilah jua kalam yang mengalahkan segala macam khabar lain dan cukuplah ia menjadi saksi kita di akhirat nanti, dan tiada suatu apa pun selainnya yang boleh berbuat seperti itu. Mari kita perhatikan Kalamullah ini :
 
“Dia-lah (Allah Swt.) yang mengutuskan Rasul-nya dengan Huda (petunjuk - Al Qur’an) dan Ad Diinul Haq (agama yang benar – Islam), agar dimenangkan-Nya dari semua agama (yang lain). Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”
Surah Al Fath (48) : ayat 28
 
Maka, khabarkanlah Kalamullah dan sabdaan Nabi-Nya kepada manusia, bukannya membuang masa, memperbodohkan orang banyak serta menjadi agen kafirin pula dengan mendendangkan segala macam khabar dhaif, munkar, palsu dan diada-adakan, waima atas niyat apa pun, kalau pun seronok didengar.
 
Para jamaah yang dirahmati Allah Swt.
 
Tentu sekali kita akan turut merasa sedih, tertanya-tanya, gundah dan pilu hati, walau pun tidak merasakan langsung musibah yang menimpa ummat manusia lain, apatah lagi kengerian gempa yang diturunkan Allah, yang dikhabarkan lewat KalamNya. Sesungguhnya semua itu memancarkan betapa Allah Maha Kuasa terhadap apa jua pun sekaligus membuktikan bahawa kita hanyalah manusia yang tidak berdaya, sekadar makhluk yang lemah.
 
Semua musibah dan bencana ini bukanlah tanpa makna dan tiada arti apa-apa kerana tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu yang sia-sia. Musibah-musibah ini hakikatnya mengajak kita untuk kembali bermuhasabah diri bahawa tiada lain : kita ini hanyalah makhluk lemah yang tertakluk dalam genggaman kekuasaan Allah, sebagaimana firman-Nya :
 
 “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
Surah An Nisaa’ (4) :  ayat 28
 
Demikian juga Allah juga telah memperingatkan bahawa setiap makhluk hidup pasti akan mendapatkan ujian dan cubaan berupa kesenangan dan kesusahan, kebaikan dan keburukan yang tiada lain hanyalah supaya semua itu menjadi i’tibar dan ‘ibrah supaya kita sentiasa kembali kepada Jalan-Nya, sebagaimana firman-Nya :
 
“Dan Kami bahagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang solih dan (sebahagian) di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami cuba mereka dengan (ni’mat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”
Surah Al A’raaf (7) : ayat 168
 
Ujian yang baik-baik yang Allah turunkan kepada kita berupa ketaatan, hidayah, kesihatan, kedamaian, kekayaan, rumah tangga yang harmonis, keamanan dan segala hal yang menyenangkan kita. Sedangkan ujian yang buruk-buruk berupa kemaksiatan, kesesatan, sakit, menderita, kesusahan, kemelaratan, rumah tangga yang tidak harmonis, ketakutan dan segala macam perkara yang tidak menyenangkan kita.
 
Semua itu, waima baik atau buruk hanyalah ujian ke atas kita sebagai salah satu fenomena dunia yang semestinya kita tempuhi dengan iman, sabar dan redha. Mari renungkan firman Allah Swt. berikut sebagai motivasi kebaikan bagi kita semua :
 
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi (kepada) mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Surah Al A’raaf (7) : ayat 96
 
Justeru itu, yang paling penting bagi kita bukanlah mengetahui bila terjadinya qiyamat, dengan segala macam ramalan dan kekarutan kalam dan perbuatan manusia, akan tetapi, semestinya dari segala perkhabaran yang telah lengkap sempurna dari Allah dan rasul-Nya, yang amat cukup untuk menanyakan apa yang telah kita siapkan untuk menghadapi hari qiyamat yang pasti akan datang itu. Paling asas, ingatlah, setiap detik yang kita lalui dan setiap harta yang kita belanjakan pasti akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Rasulullah Saw. telah bersabda :
 
“Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dimintai pertanggung jawaban tentang empat perkara, tentang umurnya ke mana ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan dan tentang badannya untuk apa ia pergunakan.”
Hadis riwayat imam Tarmidzi Rhm. disahihkan oleh Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani Rhm. dalam kitab Sohihut Targhib, no. 126
 
Dalam hadits Anas, ada bimbingan Rasulullah Saw. bagi ummat ini untuk segera bangkit dari kelalaian dan bergegas menyiapkan bekal menghadapi hari qiyamat yang telah dekat.
 
“Dari Anas bin Malik Rhu. bahawasanya seorang Arab dusun bertanya kepada Nabi Saw. : Bila terjadinya hari qiyamat? Maka Nabi Saw. bertanya kepadanya : Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapi hari itu?. Dia menjawab : Tidak banyak bekalku, tetapi aku mencintai Allah Allah dan Rasul-Nya. Maka Nabi Saw. bersabda : Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai.
 
Sabda Rasulullah  yang mulia ini benar-benar membahagiakan para sahabat. Kebahagiaan itu terungkap dari ucapan Anas berikutnya :
 
“Tidaklah kita berbahagia (setelah Islam) sebagaimana bahagianya kita dengan sabda Nabi : Engkau bersama orang yang kau cintai. Kemudian Anas berkata lagi : Maka aku mencintai Nabi, Abu Bakr dan Umar; aku berharap akan bersama mereka (di jannah) dengan kecintaanku pada mereka meski aku tak mampu beramal sebagaimana amal mereka.”
Hadis sahih riwayat imam Bukhari Rhm. no. 3688 dan imam Muslim Rhm.
 
Alangkah indahnya sabdaan Baginda Saw. dan betapa jujurnya sahabat Anas Rhu. Sungguh marilah kita pun berkata dan mengotakannya  :
 
“Ya Allah aku mencintai Nabi-Mu, Abu Bakr As-Siddiq, Umar bin Al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, Al-Husain, Ummahatul Mukminin & seluruh sahabat-sahabat Nabi-Mu. Aku berharap kepada-Mu, ya Allah, Engkau kumpulkan diriku bersama mereka di Firdaus-Mu… Walau aku tak mampu beramal sebagaimana amalan mereka. Walau aku tak mampu bertaubat sebagaimana taubat mereka. Perkenankanlah Ya Rabbi, permohonan hambaMu ini…….
 
Disember 2012 diramalkan sebagai hari berakhirnya dunia. Ramalan ini bukanlah kedustaan pertama dalam peradaban manusia. Ramalan-ramalan qiyamat sebenarnya telah tercatat dalam catatan panjang sejarah peradaban manusia, namun tetap saja ramalan serupa sentiasa dihembuskan ditengah-tengah manusia. Muslim yang kekar teguh aqidahnya akan segera melihat ramalan ini sebagai kedustaan. Akan tetapi, di saat berita ini diterima oleh orang yang lemah imannya, yang tak mengerti aqidah yang benar, akan goncanglah jiwanya dan sempitlah dadanya.
 
Ada satu sisi lain yang ingin diingatkan di sini. Sesungguhnya musuh-musuh Islam terus berusaha menghembuskan berita-berita dan keyaqinan yang merosak aqidah ummat dengan segala media yang mereka miliki. Berita qiyamat 2012 adalah sebahagian kecil dari upaya musuh Islam mendangkalkan aqidah dan akhlak kaum muslimin. Dari sini muncul sebuah pertanyaan : Apa benteng untuk menghadapi perang saraf pemikiran itu?
 
Sungguh satu-satunya jawaban hanyalah Al-Kitab dan As-Sunnah sebagai benteng dari kesesatan itu. Al-Kitab dan As-Sunnah adalah pelita di tengah kegelapan dan  benteng dari apa jua kesesatan. Apapun ujian/godaan yang menimpa, ketika seorang mengembalikan kepada keduanya nescaya dia dapatkan jawaban yang membantah semua kepalsuan. Seorang mukmin yang mengenal Allah, Rasul-Nya dan agama Islam, ketika ramalan qiyamat mengetuk gendang telinganya, dia akan segera tersentak dan menjawab, bahawa dalil-dalil Al-Kitab dan As-Sunnah secara tegas menunjukkan bahawa qiyamat tak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
 
Mempercayai ramalan atau separa percaya terjadinya qiyamat pada tahun 2012 termasuk kesyirikan dan kekafiran kepada Allah Swt. Padahal setiap Mukmin tidak saja dituntut untuk menjauhi kekafiran, tapi juga dituntut untuk membenci kekafiran tersebut dan pelaku-pelakunya. Inilah satu permasalahan penting dalam aqidah seorang Muslim yang dikenal dengan istilah al-wala’ wal bara’, kecintaan dan permusuhan. Bahawa cinta seorang Mukmin kepada iman dan orang-orang yang beriman dan kebenciannya kepada kekafiran dan orang-orang kafir. Nabi Ibrahim Ahs. telah memberikan tauladan yang baik dalam hal ini :
 
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya; ketika mereka berkata kepada qaumnya : Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian serta telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, sampai kalian beriman kepada Allah saja.”
Surah Al Mumtahanah (60) : ayat 4
 
Sehingggalah termasuk kekafiran para manusia yang :
1. Apabila seorang mencintai atau meredhai kekafiran meskipun ia tidak melakukannya,
2. Apabila seorang mencintai orang kafir kerana kekafirannya.
 
Adapun seorang yang mencintai orang kafir bukan kerana kekafirannya, seperti kerana dunia dan lainnya, maka tidak termasuk kekafiran, namun termasuk dosa besar.
Asy-Syaikh Solih Alu Syaikh hafidzahullah, kitab Syarhu Tsalatsatil Usul, halaman 27
 
Para jamaah yang dirahmati Allah Swt.
 
Allah kurniakan ni’mat aqal kepada manusia yang membezakan dengan binatang, dan aqal itulah menghasilkan berbagai penafsiran tentang fenomena alam semesta ini. Segala ramalan dan tekaan terhadap perkembangan alam mahu pun kehidupan seluruhnya, merupakan tidak lebih dari teori-teori, sepertihalnya teori ledakan besar, hentaman komet, teori ini dan itu. Dan sebagaimana lahirnya sebuah teori, seterusnya akan ada pula pemikir lainnya yang melakukan penyanggahan dengan berbagai teori lainnya dan begitulah selanjutnya. Maka tidak hairan, hanya tunggu dan lihat, akan ada tarikh baru hari qiyamat tidak lama lagi. Ada pun hakikat kebenarannya dalam hal ini, tetap kekal tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Swt. semata-mata.
 
”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).”
Surah Al An’aam (6) : ayat 59
 
Kabar dekatnya qiyamat telah pun berlalu 14 abad silam. Kerana itu ramai yang tertanya-tanya : Jika telah dekat, kenapa hingga saat ini belum ditegakkan? Lantaran itulah timbul segala macam teori dan ramalan. Kata-kata ini boleh muncul sebagai bentuk pengingkaran orang kafir atas berita Allah dan  Rasul-Nya. Atau, mungkin juga pertanyaan ini adalah tiupan was-was syaithan yang dibisikkan kepada sebahagian dada Muslimin. Ada pun orang kafir, keingkarannya telah jelas. Ungkapan ini sangat wajar muncul dari mulut orang-orang yang hatinya telah buta dan telinganya telah tuli. Dengan mudahnya mereka ingkari qiyamat dan hari kebangkitan, sebagaimana Allah sebutkan :
 
“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahawa mereka sekali-kali tak akan dibangkitkan. Katakanlah (wahai Muhammad) : Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Surah At Taghabuun (64) : ayat 7
 
Sememangnya Allah telah menutup hati-hati orang kafir yang tidak beriman dengan hari qiyamat, sedangkan orang beriman sangat takut dengan kedatangan hari tersebut.
 
“Orang-orang yang tidak beriman kepada hari qiyamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahawa qiyamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahawa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya qiyamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.”
Surah Al Syura (42) : ayat 18
 
Maka itu, tidak hairanlah mengapa orang-orang kafir dan Barat khususnya sangat suka bermain dengan “nombor” dan “tahun” untuk menetapkan sendiri hari qiyamat. Sudah pun termaktub, para kafirin ini suka menyebut tentang hari qiyamat dan mahu ianya disegerakan. Ini jelas kerana mereka tidak percaya dan berasa takut kepada hari qiyamat apatah lagi percaya kepada adanya azab Allah Swt.
 
“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?, seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari daripada singa. Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka. Sekali-kali tidak, sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat.”
Surah Al Mudatssir (74) : ayat 49 -53
 
2012 telah pun berlalu, di saat ini kita masih bernyawa dan terus menyelusuri hidup seperti biasa. Lantaran itu berusahalah untuk menunaikan yang dituntut ke atas kita seluruh ummat Muslimin, ya’ni mengimani dengan sebenar-benarnya bahawa qiyamat itu pasti berlaku dan sudah dekat, tanpa perlu berkeluh kesah mencari bilakah ia akan berlaku. Kerana itu Nabi Saw. mengajarkan kita supaya sentiasa redha dengan ketentuan Allah Azzawajalla ini, dan disuruh sentiasa bersedia untuk menghadapinya.
 
Maka jelas sekali bahawa segala ramalan, teori, khayalan dan analisis tentang qiyamat ciptaan kafirin ini benar-benar tak berguna, palsu, menyesakkan otak dan memesongkan aqidah manusia dari kebenaran. Maka, telah terbukti sekali lagi hanya Allah Swt. dan rasul-Nya sahaja yang benar. Adakah semua ini masih tidak cukup untuk kita mendapat pelajaran! tepuklah dada, tanyalah iman.
 
والله تعالى أعلم  ,  وصلى الله وسلم على نبينا محمد، وعلى آله وأصحابه أجمعين.
 
Yang benar itu datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, semua yang tidak benar itu dari saya yang amat dhaif ini.
 
سكيان , والسلام

eddzahir@38
Tanah Liat, Bukit Mertajam
Read more...