Rabu, 27 Februari 2013
RISALAH JUMAAT : Tinggalkan Kebathilan, Carilah Rizqi Yang Halal
TINGGALKAN KEBATHILAN, CARILAH RIZQI
YANG HA-LAL
Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah. Dia-lah yang
telah memberikan keampunan kepada setiap pelaku dosa. Dan Allah-lah jua yang
telah melipat-gandakan pahala bagi para pelaku kebajikan. Dia melimpahkan
berbagai kebaikan dan kenikmatan kepada segenap makhlukNya.
Ketahuilah! kekayaan dan kecukupan hidup hendaknya tidak menjadi
pembatas ke atas seseorang untuk bertaqwa. Dia mesti yaqin, bahawa nikmat iman,
Islam dan taqwa merupakan nikmat dan kurniaan dari Allah semata. Oleh itu,
pemberian kalau pun sedikit, jika disyukuri dan dirasa cukup, itu lebih baik
daripada banyaknya jumlah tak terkira, tetapi masih menganggapnya selalu
kekurangan. Sehingga tidaklah berfaedah limpahan nikmat dan banyaknya harta
bagi orang-orang yang tidak tahu bersyukur kepada Allah.
Maka, kekayaan sebenar bukanlah disebabkan ukuran harta yang
melimpah. Namun, yang sebenarnya adalah kekayaan yang terdapat pada hati
sanubari dan jiwa. Ya’ni jiwa yang selalu qana'ah dan menerima dengan lapang
dada setiap pemberian Allah kepadanya, Tidak dia jadikan kekayan dunia sebagai
buruan dan matlamat hidup melepasi rasa iman dan taqwa. Demikianlah sifat
manusia yang beruntung di dunia dan akhirat. sebagaimana sabda Nabi Saw. :
“Sungguh beruntung
orang yang telah berserah diri, diberi kecukupan rizqi dan diberi sifat qana'ah
terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya.” [Hadis sahih riwayat imam Muslim
Rhm.]
Dengan sifat qana'ah ini, seorang Muslim boleh menjaga diri dari
melakukan ketidakadilan, perbuatan haram dan pencabulan dalam mencari rizqi.
Dia akan sentiasa memastikan rizqi yang diperolehinya merupakan rahmat bukannya
istidraj. Ketika bermu'amalah dalam mencari penghidupan, jangan sampai
melakukan tindak kezaliman dengan memakan harta orang lain dengan cara haram.
Inilah qaedah dasar yang harus kita jadikan parameter dalam bermu'amalah. Allah
berfirman :
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu…”
[Surah An Nisa’ (4) : ayat 29].
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.”
[Surah Al Baqarah (2) : 188]
Dan baginda Nabi Saw. telah mengingatkan :
“Setiap muslim terhadap muslim yang lain adalah haram
darahnya, harga dirinya, dan hartanya.”
[Hadis sahih riwayat imam Muslim Rhm.]
Para Jama’ah yang dikasihi, moga barokah Allah mengiringi hidup
kita
Lihatlah contoh pada diri Rasulullah Saw. : Ketika menjual seorang
budak kepada Al 'Adda`, baginda Saw. menuliskan : "Ini adalah yang telah
dibeli Al 'Adda` bin Khalid bin Haudhah dari Muhammad Rasulullah. Dia telah
membeli seorang budak tanpa cacat yang tersembunyi. Tidak ada tipu daya mahupun
rekacipta," kemudian baginda melanjutkan : "Inilah jual beli Muslim
dengan Muslim yang lainnya". Begitulah Rasulullah Saw. memberikan contoh
etika jual beli sesama Muslim, dengan mengadakan aqad secara tertulis, dan
tidak sedikit pun ada unsur dusta.
Namun para pemburu dunia yang tamak, rela menempuh jalan menyimpang
dalam mencari harta. Mereka lakukan dengan cara bathil, melakukan tipu daya,
memanipulasi, dan mengelabui orang-orang yang lemah. Bahkan ada yang berpura
sebagai penolong kaum miskin, tetapi ternyata melakukan pemerasan, memakan
harta orang-orang yang terhimpit kesusahan, seolah tak memiliki rasa hiba dan
belas kasih. Berbagai kepuraan ini, mereka namakan dengan pinjaman lunak,
gadaian atau yang lainnya. Kenyataannya, bantuan dan pinjaman tersebut tidak
sesekali meringankan beban, apalagi mengentaskan penderitaan, tetapi akan lebih
menjerumuskan ke dalam jurang penderitaan, kesusahan dan kemiskinan. Benarlah
sabda Nabi Saw. :
“Sungguh akan datang kepada manusia suatu masa, yaitu
seseorang tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan harta, dari jalan halal
ataukah (yang) haram. [Hadis sahih riwayat imam Bukhari Rhm.]
Justeru itu, tidak hairanlah kita menyaksikan pada masa ini,
betapa gencarnya usaha-usaha yang diharamkan agama, seperti bandar perjudian,
praktik perdukunan, para wanita hilang susila, hasil perdagangan dari barang
diharamkan semisal khamr, rokok dan dadah. hasil pencurian dan rompakan, tidak
jujur dalam perdagangan dengan penipuan dan mengurangi timbangan, memakan riba,
memakan harta anak yatim, korupsi dan nepotisme. Ingatlah sesungguhnya Rasulullah
Saw. telah mengingatkan kita :
“Demi Allah, bukanlah kefaqiran yang aku takutkan menimpa
kalian. Akan tetapi, yang aku takutkan adalah terbukanya dunia bagi kalian,
sebagaimana telah terbuka bagi umat-umat sebelum kalian. Sehingga kalian akan
berlumba-lumba, sebagaimana mereka telah berlumba-lumba. Demikian itu akan
menghancurkan kalian, sebagaimana juga telah menghancurkan umat sebelum
kalian.” [hadis sahih Muttafaqun 'alaih].
Ketahuilah, seseorang yang memakan harta bathil dan haram,
hidupnya tidak akan tenang dan bahagia. Seluruh doa yang dia panjatkan ke
hadhrat Allah akan tertolak. Rasulullah telah menyebutkan sebuah kisah. yaitu
seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sampai keadaannya
menjadi kusut dan berdebu, kemudian dia menadahkan tangannya ke langit seraya
berdoa
"ya Rabbi, ya Rabbi," akan tetapi makanannya
haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dikenyangkan dari yang haram.
Lantas, bagaimana mungkin doanya bisa dikabulkan?!
[Hadis sahih riwayat imam Muslim Rhm.]
Ingatlah terhadap hisab, pembalasan dan siksa di akhirat. Para
pelaku kezaliman akan mengalami kebangkrapan di akhirat. Meskipun ia membawa
pahala begitu banyak yang dikumpulkan ketika di dunia, namun pahala-pahala yang
ia himpun itu, akan dialihkan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi. Jika
pahalanya telah habis sementara kezaliman yang ia lakukan belum bisa tertutupi,
maka dosa orang-orang yang dia zalimi dialihkan kepada dirinya, sehingga dia
terbebani dengan dosa orang-orang yang dia zalimi tersebut, sehingga ia pun
bangkrap tanpa apa pun pahala. Dan akhirnya dilemparkan dia ke dalam api
neraka.
Para Jama’ah yang dikasihi, moga restu Allah memayungi diri kita.
Lihatlah sekarang ini, begitu banyak orang-orang yang Allah
anugerahkan kepintaran, tetapi dia gunakannya dengan licik demi memakan harta
malah merosakkan orang lain. Bahkan ada di antaranya yang senghaja
mempermasalahkan dan membawanya ke hadapan hakim. Ditempuhlah berbagai cara,
dan tipu daya supaya boleh mendapatkan harta yang bukan menjadi haknya. Semua
itu diperlakukan akibat rasa tamak haloba dan kenistaan yang ada dalam diri
tanpa sedikit pun ada rasa takut akan sang Pencipta. Padahal dia sedar dan tahu
bahawa, barangsiapa mengambil bahagian hak milik orang lain tanpa hak, maka
hakikatnya dia telah mengambil bahagian dari bara api neraka.
Sabda Nabi
Saw. :
"Barangsiapa merampas hak seorang Muslim dengan
sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya
syurga," maka salah seorang bertanya : Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?"
Baginda menjawab : Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi ." [Hadis sahih
riwayat imam Muslim Rhm.]
Marilah kita memperingati diri, bahawa usaha yang haram tidak akan
menghasilkan, kecuali kebinasaan. Suapan demi suapan makanan yang didapat dari jalan
haram, akan menurunkan harga diri kita di sisi Allah. Sebaliknya, usaha yang
baik dan halal, walaupun sedikit, akan menjadi pahala dan tabungan yang selalu
akan bertambah-tambah tidak terputus di akhirat dan berbarokah. Ingatlah,
sesungguhnya Allah berpesan :
“Sesiapa yang
mengkehendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya
dan sesiapa yang yang mengkehendaki keuntungan dunia, (akan) Kami berikan
kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian
pun di akhirat.” [Surah Asy Syu’ura (42) : ayat 20]
“Barang siapa yang mengkehendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki
bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; dia
akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” [Surah Al Israa’ (17) ayat
18]
Akhirnya, marilah dalam mencari rizqi, tetaplah dalam jalan yang
halal dan yang diredhai Allah, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Kita hindari sejauh-jauhnya jalan-jalan yang diharamkan.
Dan tidak ada jalan kebenaran, kecuali datang dari Allah dan Rasul-Nya. Wallahu
a'lam.
Isnin, 25 Februari 2013
Salahkah Memberi Peringatan.
From: abu_hadhari@yahoo.com
To: edd zahir edd_zahir@yahoo.com
Sent: Friday, November 30, 2012 11:03 PM
Subject: Khutbah Mengata Agama Lain, Tak
Bagus
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Moga enta
sihat-sihat saja sekarang ni syeikh. Hal yang mahu ana sebutkan ini berkaitan
dengan situasi semasa ummat Islam. Berikutan keadaan di Palestin, Myanmar,
Iraq, Afghan, Mesir, Suriah maka banyak kali khutbah Jumaat berbicarakan menyeru
orang Islam supaya bermuhasabah diri dan seringkali beberapa ayat pesanan
tentang sikap orang kafirin disebut-sebut. Seingat ana dah hampir 4 kali kali
Jumaat seruan sebegini dibuat.
Tak semua
orang Islam sendiri suka hal ini sebenarnya. Ana dapati ada yang mengatakan
diulang-ulang ayat itu kerana orang Islam ini penakut dan menghasut supaya
membenci agama lain, dok membicarakan hal orang tetapi melupakan keburukan
sendiri. Ada yang kata khutbah ini tak bagus, tak releven lagi dalam da’wah
kepada bukan Islam. Malah lebih teruk mengatakan Majlis Agama dah tak betul,
ada unsur politik dan mendidik ummat Muslimin jadi teroris dan macam-macam
lagi. Pendek kata ada bermacam-macam
alasan yang menyerlahkan betapa tak setuju dengannya.
Ana nak
mohon sedikit pandangan dari enta yang lebih faqih rasanya dalam hal ini. Pelik
juga rasanya kalau isi khutbah menjadi isu kelam kabut dalaman orang Islam
sendiri.
Terima kasih
atas maklumbalas dari enta. Wassalam.
بسم
الله الرحمن الرحيم
السلام
عليكم و رحمة الله و بركاته
وبعد
, يسرلي أمري وأحلل عقدة من لساني يفقهوا قولي رب إشرح لي صدري و
Segala puji bagi Allah Swt., Pencipta sekelian alam. Salawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad Saw. Selamat sejahtera ke atas para Ahlul Bait, SahabatNya, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, para Syuhada dan Salafus Soleh serta orang-orang yang mengikut mereka dengan baik hingga ke hari kemudian. A'mma ba'du.
Saya mendoakan agar Allah Swt. sentiasa
menerima semua amalan kita seterusnya melimpahkan segala rahmat dan
keampunanNya di hari dan bulan yang mulia ini, InsyaAllah. Saya memohon
perlindungan, rahmat dan bimbingan dari Allah Swt. dari sebarang kesilapan
dalam menuliskan nukilan ini.
Pertama : ribuan terima kasih kerana membangkitkan
hal yang tak semua orang berani tanyakan dengan jelas melainkan dok bercakap
kat belakang dengan segala macam komen. Tambah-tambah lagi dari kalangan mereka
yang merasakan tidak perlu lagi ditarbiyah dan diberi peringatan.
Kedua : amat molek diulangi, saya orang
biasa saja dan serba dha’if. Maka itu, apa yang dinukilkan ini hanyalah suatu
pencerahan sekadar termampu berdasarkan secebis ilmu dan keupayaan yang amat
terhad. Pasti banyak lagi ilmuwan lebih hebat di luar sana yang boleh memberikan
ta’liq lebih bagus berbanding saya. Amat digalakkan hal ini turut dirujuki
kepada mereka.
Diulangi apa yang Tuan sebutkan “orang Islam ini penakut dan menghasut supaya membenci agama lain, khutbah
ini tak bagus, tak releven lagi dalam da’wah kepada bukan Islam. Malah lebih
teruk mengatakan Majlis Agama dah tak betul, ada unsur politik dan mendidik
ummat Muslimin jadi teroris”. Saya sendiri pun berasa amat pelik dengan tanggapan sebegini. Baik
sekali orang yang ada menyimpan rasa sebegini memberikan hujjah dan alasan
mereka secara jelas, berbanding hanya bercakap kosong sesedap rasa. Terimalah
hakikat bahawa, untuk mengutuk sesuatu perkara, berkajang-kajang boleh disiapkan
dalam 1 jam, tapi untuk menghasilkan sesuatu yang tepat dan benar, beberapa
mukasurat pun belum tentu siap dalam tempoh 3 hari. Kesimpulannya – membuat komentar
memang kerja sangat mudah serta amat menyeronokkan.
Menurut pendapatan saya, mungkin juga mereka ini kaki
tidur semasa khutbah, dengar separuh dan faham separuh, akhirnya salah faham.
Mungkin juga mereka tidur terus, tak dengar langsung tapi komen lebih. Mungkin
juga dirasakan mereka lebih pandai memberikan khutbah serta tidak membuatkan
orang tidur. Baik sekali selepas ini Tuan jumpa mereka dan minta mereka pula
yang berkhutbah, dan sampaikanlah segala apa yang mereka rasakan lebih baik
itu. Paling molek jadi imam sekali gus.
Amat sukar sebenarnya untuk mengulas hal-hal menyentuh
tentang khutbah. Serba tak kena jadinya. Lantaran diakui, bukan semua komen
tentang khutbah ini salah belaka juga. Pernah dialami sendiri, khutbah yang tak
ketahuan tajuk, apa halatuju dan entah apa kesimpulan. Ada kes yang petikan
ayatullah dan hadis diluar konteks, membuatkan jamaah yang mengerti terpinga-pinga
kehairanan. Ada juga disebutkan kisah-kisah dan ceritera yang tak ketahuan
sumber. Tak kurang juga ada khatib yang berceramah panjang berjela-jela, mengadu
nasib, meluahkan perasaan dan pendapat sendiri. Ada juga yang sangat partisan
mengungkapkan hal itu-ini, syok sendiri tanpa peduli pun hati dan perasaan
jamaah, seolah-olah khalayak dihadapannya itu jahil murakkab belaka. Mudahnya,
ada bermacam ragam sebenarnya jika mahu disebut hal-hal yang tak berapa bagus ini.
Namun, hal-hal kekurangan sebegini telah
dan sedang sentiasa diperbaiki dari masa ke masa. Maka itu, nukilan ini
tidaklah mahu menyentuh tentang perihal senario khutbah itu tetapi menjurus
kepada perspektif dan tanggapan yang lahir ke atasnya sepertimana yang Tuan
tanyakan sahaja. Hal ini diperjelaskan supaya tiada salah tanggapan ke atas
nukilan ini, yang menuduh saya memaki hamun para khatib dan mempertikai atau
memperkecilkan kandungan khutbah pula. Saya percayai, segala kurang lebih atau cacat
cela (sekiranya benar ada) tentang khatib dan khutbah itu, baik sekali
dibicarakan dalam forum yang lain.
Menuduh dan menanggapi dengan segala tanggapan buruk
terhadap sebahagian ummat Muslimin lain bukanlah sikap yang baik malah amat
terlarang. Apatah lagi dengan bahasa kesat dan menghina seperti penakut, tak
relevan, tak bagus dan segala macam lagi. Ini tuduhan amat berat dan tidak
selayaknya diungkapkan sama sekali oleh seorang Muslim kepada seorang Muslim
lain dalam apa suasana pun. Saya yaqin, yang dikatakan, dianggap dan dituduh
sebagai menghina, mencela dan mengata agama lain dan orang kafirin itu adalah Kalamullah
ini, yang sering diulang-ulang baca dan dipesankan :
"Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu."
QS. al-Baqarah (2) : 120
QS. al-Baqarah (2) : 120
Fahamilah hal paling asas - Ayatullah ini
sering disebut-sebut bukanlah senghaja untuk menakutkan orang atau pun
mendesak-desak orang sehingga bingung dan terketar-ketar, menjadi bersemangat
tak tentu hala atau membenci orang kafir tanpa sebab atau menyuruh menjadi
teroris, akan tetapi ia diperbuat sebagai seruan dan peringatan kepada ummat
Muslimin sendiri supaya kekal istiqomah dalam mentaati Allah Swt. dan berpegang
teguh selamanya dengan Islam. Sementelahan pula, gejala paling besar yang sedang
kita alami sekarang ini adalah mengikut hawa, perangai, tingkahlaku, isme-isme,
ideology malah kepercayaan berasal dari kafirin, yang telah pun meresap jauh ke
dalam setiap rohani, jasmani dan fikrah ummat Muslimin.
Lantaran itu apakah yang pelik sangat
apabila pesanan ini dibuat berulang-kali? Bahkan yang pelik dan karut itu
sebenarnya adalah adanya dikalangan Muslimin sendiri yang merasakannya ia begitu.
Ini disebabkan, perkara memberikan peringatan ini, adalah berasas dari tuntutan
Islam sendiri, yang semestinya pula ia disampaikan menerusi ayat-ayat Allah
Ta’ala, al hadis dan kisah-kisah yang benar bukan cerita karut marut. Ia
diperbuat supaya seluruh manusia beriman akan tetap terpelihara, sentiasa
mengingati Allah Ta’ala dan mendapat manfaat dirinya. Perkara ini telah pun
dijelaskan oleh Allah Swt. menerusi firmanNya :
“Dan tetaplah memberi peringatan, kerana sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.
Surah Adz Dzaariyat (51) : ayat 55
Perkara
memberi peringatan ini turut ditekankan oleh Nabi Saw. dalam sabda Baginda :
“Dari Tamim
Ad Daari Rhu. bahawasanya Nabi Saw. telah bersabda : Agama (Islam itu) adalah
nasihat. Kami bertanya : Untuk siapa?. Baginda menjawab : Untuk Allah,
KitabNya, rasulNya dan untuk para pemimpin qaum Muslimin dan ummat Muslimin
keseluruhan.”
Hadis sahih
riwayat imam Muslim Rhm. (no. 194), imam Abu Daud dan imam Nasaa’ie
Peringatan
ini sentiasa diulangi terhadap ummat Muslimin supaya tidak mereka terusan leka
dan lalai dari sifat kafirin yang sememangnya tidak pernah berhenti berusaha
untuk merosakkan ummat Muslimin dalam apa jua cara. Mereka tidak pernah suka
atas kejayaan dan kemakmuran ummat Muslimin malah sangat bergembira sekiranya
Islam dalam kerosakan. Hal ini telah pun dinyatakan oleh Kalamullah :
“Kalau kamu beroleh kebaikan (kemakmuran dan kemenangan, maka yang demikian) menyakitkan hati mereka; dan jika kamu ditimpa bencana, mereka bergembira dengannya. Dan kalau kamu sabar dan bertaqwa, (maka) tipu daya mereka tidak akan membahayakan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka lakukan”.
Surah Ali
Imran (3) : ayat 120
Adakah ayat-ayat
Allah dan kalam nabiNya ini hanyalah pembohongan sehingga tidak layak diulang
peringatkan? Mari kita renung dengan tenang sejenak : Lihatlah dinegara
majority Muslim, betapa hebat dan kayanya kafirin, bebas melkasnakan apa jua
kehendak agama mereka sklaipun perkara yang diharamkan oleh agama mereka
sendiri (arak, zina judi dll), berbanding Muslimin sendiri yang gelandangan. Tak
cukup dengan itu, mereka menjaja sana sini seantero dunia pula bahawa merekalah
golongan dianaktiri dan being marginalized. Jelas sekali, tidak cukup dengan
apa yang ada, malah mereka tetap berusaha untuk menabur racun dan mempariakan
Muslimin di tanahair mereka sendiri sekalipun majority.
Apakah kita
tidak nampak di negara minority Muslim, dimana saja pun, apa jadi dengan nasib
mereka kalau pun warganegara. Betapa sukarnya mereka sekali pun untuk
menjalankan tuntutan syari’at yang diwajibkan. Juga, apakah dengan mudah kita
mahu melupakan sejarah bagaimana layanan Islam terhadap kafirin dalam peristiwa
futhul Makkah, Baitul Muqaddis dan Konstantinopal, berbanding layanan yang
dilakukan ke atas ummat Islam dalam masa kejatuhan Andalusia, 600 tahun dahulu.
Sila baca, rasai, kajiselidik dan jawab sendiri.
Seterusnya
ternyata pula segala macam cacian dan penghinaan ke atas peribadi suci Nabi
Muhammad Saw. sehingga ke tahap perogol, pembunuh, gila seks, pencipta agama
palsu dan segala macam hinaan lagi. Tidak kurang juga segala macam nistaan
terhadap kepercayaan dan amalan Islam sehingga sewenangnya seruan azan, amalan
Islam, hukum-hakam syara’, hal haram halal malahan persoalan murtad dan aqidah
pun dipertikaikan sesedap rasa tanpa langsung ada rasa hormat sama sekali malah
secara benar-benar biadab dan kurang ajar. Seolah kita-kita ini bodoh belaka,
tak tahu melawan, tercucuk hidung dan pak turut segala kata mereka sahaja.
Sebaliknya,
kita ummat Muslimin tidak pernah sesekali pun memperkata malah jauh sekali
mempertikaikan apa jua amalan agama mereka, sekali pun sembah pokok, sembah
batu, sembah patung, sembah hantu, sembah gajah, sembah kuda waima terjun
gunung pun, dek kerana aqidah kita : “bagi kamu agama kamu, dan bagi aku agama
aku”. Namun, tak hairan dewasa ini ramai dari kalangan mengaku Islam yang
tergedik-gedik pula mempertahankan kafirin jenis ini atas segala macam tak
masuk aqal antaranya demi da’wah kononnya, padahal sebenarnya menjaga undi, menjaga
pangkat, menjaga kedudukan, menjaga poket, beralasankan demokratis, moderatis,
liberalis, perpaduan, menjaga hati dan segala macam alasan karut lainnya.
Walhal, jiwa dan rasa ummat Muslimin saudaranya sendiri hatta Al Islam itu
sendiri, tidak perlukah dijaga?
Dan banyak
lagi perkara yang tidak disebutkan di sini lantaran tidak cukup ruang, malahan akan
lebih memilukan jiwa raga jika dikisahkan. Apakah hal sebegini tidak layak
diberikan peringatan? Apakah membiarkan ummat Muslimin termangu-mangu
diperkotak-katikkan dan diadu domba itu pula yang betul? Adakah peringatan
menyeru ummat Muslimin supaya bangun dari lena, kukuhkan saf, perbaiki iman,
amal dan taqwa bagi menentang musuh Islam ini pun salah? Salahkah membuat
sedikit tindakbalas berikutan ummat Muslimin berterusan dihina dan disakiti?
Baik sekali
diulangi peringatan jelas dan benar dari Allah Swt. sendiri kepada semua yang lena
supaya sedar, yang was-was menjadi tegas dan yang jahil berubah cerdik :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
(orang kafir, dengan) kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya …….”
Surah Al Anfaal (8) : ayat 60
Begitulah juga diulang-ulang peringatan itu supaya ummat
Muslimin tidak lupa, bahawa semua amal perbuatan manusia wajib berkait diantara
2 skema hubungan amal perbuatan dengan balasan yaitu : amal soleh di
dunia dengan pahala di akhirat atau amal dosa di dunia
dengan siksa neraka di akhirat. Artinya, setiap amal soleh di dunia
pasti akan mendapatkan pahala di akhirat yaitu berupa syurga yang penuh
kenikmatan manakala setiap perbuatan dosa pasti akan mendapat balasan siksa
yaitu di neraka yang hangat membakar. Takkan ada suatu amal perbuatan pun yang
tidak akan dipertanggung jawabkan dan boleh terlepas dari 2 skema ini. Ini
dijelaskan oleh Allah Swt. :
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam
keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka. Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah (biji sawi)
sekalipun, pasti ia akan melihat balasannya dan siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya pula.”
Surah Al Zalzalah (99) : ayat 6-8
Demikianlah maqasid semua jenis peringatan yang berulangkali
diberikan kepada ummat Muslimin. Ia bukanlah berhasrat untuk mengata, mencela,
menghina atau menghasut membenci manusia lain tetapi tidak lain, seruan supaya
menjaga setiap diri ummat Muslimin sendiri dari kelekaan dan kelalaian,
meningkatkan jatidiri dan kesedaran, memperkukuhkan keimanan dan ketaqwaan agar
tunduk patuh kepada Allah Swt. semata-mata pada apa jua keadaan dan masa pun. Teruk
sangatkah memberikan semua peringatan dengan ayat-ayat ini? Sedangkan celaan
Allah Swt. sendiri ke atas para kafirin jauh lebih tegas lagi. Perhatikan
ayat-ayat Allah Swt. ini :
“Hanya Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar.
Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain dari Allah itu tidak dapat
memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan
kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air
itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu
hanyalah sia-sia”.
Surah Ar Ra’ad (13) : ayat 14
"Yang mereka sembah selain dari Allah tidak lain hanyalah
berhala-berhala perempuan seperti Laata, Manaat dan Uzzaa dan tiadalah yang
mereka sembah kecuali syaithan yang durhaka".
Surah An Nisaa’ (4) : ayat 117
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang
Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dila’nati Allah-lah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?:”
Surah At Taubah (9) : Ayat 30
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. “
Surah Al A'Raaf (7) : ayat 179
Intipati paling asas yang mesti difahami
dengan sejelas-jelasnya adalah, memberi peringatan ini adalah asas kepada
kepercayaan murni Islam dan menjadi sifat, sebahagian nama, fungsi dan mu’jizat
Al Qur’an sendiri. Kerana itulah yang disampaikan sebagai peringatan itu adalah
Kalamullah dan sabdaan suci rasulNya sebagai sebaik-baik Kalam untuk disampaikan
kepada manusia. Perhatikan firman Allah Swt ini. :
“Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Al Zikra (peringatan - A) dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya.”
Surah
Al Hijr (15) : ayat 9
A
: Al Zikra yang dimaksudkan adalah Al Qur’an
“Haa Miim, (Al Qur’an ini) Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah Yang
Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, ya’ni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui. yang membawa khabar gembira dan yang membawa
peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya), maka mereka tidak
mahu mendengarkan. ”
Surah Al Fussilat (41) : ayat 2, 3-4
Allah Swt. berfirman “Haa Miim, (Al Qur’an ini) Diturunkan dari
Tuhan Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang” maqsudnya Al Qur’an diturunkan
dari Tuhan Yang Esa. FirmanNya lagi “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya”
yaitu kitab yang diterangkan ma’na-ma’nanya dan ditegaskan segala hukumnya. “bacaan
dalam bahasa Arab” maqsudnya berupa bacaan dalam bahasa Arab yang jelas dan
terang, ma’na-ma’nanya terperinci, lafaz-lafaznya amat jelas dan tidak ada
kemusykilan kesulitan di dalamnya. Maqsudnya Al Qur’an itu merupakan mu’jizat
baik dari lafaz dan ma’nanya.
Maqsud firman Allah “untuk kaum yang mengetahui” yaitu bahawa
yang mengetahui kejelasan dan kenyataan ini hanyalah para ulama’ dan fuqaha’
yang mendalam (rasikh) pengetahuannya.
Maqsud firman Allah “yang membawa khabar
gembira dan yang membawa
peringatan” yaitu Al Qur’an
memberi khabar gembira untuk orang-orang yang beriman dan sesekali memberikan
peringatan kepada orang-orang yang kafir. Ayat “tetapi kebanyakan mereka
berpaling (daripadanya), maka mereka tidak mahu mendengarkan” yaitu
kebanyakan orang Quraisy tidak memahami sedikit pun dari Al Qur’an itu padahal
ia begitu terang dan jelas.
Imam Al Hafiz Ismail bin Umar Ibnu Katsir Rhm.
Tafsiir ul Qur’aanil Adziim (Tafsir Ibnu Katsir), Jilid 8 halaman 236-237
Dan kepada semua yang membantah dan kurang
senang itu, berhati-hatilah dengan ucapan lidah dan qasad dihati, supaya tidaklah
akhirnya tergolong sebagai manusia yang asyik mahsyuk mencari salah sesama
sendiri. Padahal realitinya tidak pun menyumbang apa-apa melainkan terus
membangkang dan mengulas dengan cara dan hasrat yang membawa kerosakan ummat.
Seruan ini disebutkan supaya, janganlah pula sehingga kita pun termasuk dalam
kalangan orang yang tak mahu mendengarkan peringatan ayat-ayat Allah serta
mengambil iktibar daripadanya. Ini disebutkan oleh Allah Ta’ala :
“Mereka berkata “hati kami berada dalam
tutupan (yang menutupi - dari) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga
kami ada sumbatan dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu,
sesungguhnya kami bekerja (pula)”
Surah Al Fussilat (41) : ayat 5
Firman Allah “kami berada
dalam tutupan (yang menutupi)” yaitu hati mereka dalam keadaan
terselubung dan terkunci, “dari apa yang engkau seru kami kepadaNya dan
telinga kami sudah tersumbat” yaitu tuli sehingga tidak bisa mendengar dan
memahami apa yang engkau sampaikan (wahai Muhammad) kepada kami. “dan diantara kami dan kamu ada dinding”
sehingga sesuatu yang engkau sampaikan tidak menjangkau kepada kami. “maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami
bekerja (pula)” artinya
buatlah olehmu apa yang engkau inginkan menurut caramu dan biarkan kami membuat
apa yang kami inginkan dengan cara kami pula. Kami tidak akan mengikuti kamu.
Tafsiir ul Qur’aanil Adziim (Tafsir Ibnu
Katsir), Jilid 8 halaman 237
Amat dangkal sekali sekiranya mengata itu ini
tentang khutbah dan menjadikan ianya sebagai parameter kuat lemah atau cerdik
pandainya ummat Muslimin. Padahal penyampaian ilmu Islam itu merangkumi segala
bentuk kuliyah meliputi segala juzuk ilmu dalam Islam dan sedia terhidang setiap
masa dan dimana jua. Hanya diperlukan sedikit kerajinan dan usaha berlandaskan
niyat yang benar. Khutbah hanyalah salah satu juzuk medium penyampaian ilmu.
Malah jika diperhatikan dengan teliti dan waras, maka akan ditemui bahawa
setiap khutbah dipenuhi :
1.
Puji-pujian dan takbir kepada Allah Swt.
2.
Solawat dan salaam ke atas junjungan mulia
Nabi Saw.
3.
Ayat-ayat Al Qur’an dan penjelasannya
4.
Al hadis sabdaan Baginda Saw. dan
penghuraiannya
5.
Pesan-pesanan supaya bertaqwa dan istiqomah
kepada Islam
6.
Doa ke atas setiap Muslimin (yang hayat mahu
pun yang maut)
Sekiranya kita bersikap kritikal dalam menerima
ilmu dan membuat penilaian, ia sikap amat terpuji dan dituntut Islam berbanding
bertaqlid buta. Namun pastikan bahawa parameternya itu mestilah lahir dari
syari’at Islam sendiri bukannya yang diciplak dari perspektif orang kafir yang
barang tentu memandang Islam ini tiada suatu apa pun yang betul.Seterusnya mahu
disampaikan peringatan Allah Swt. ini kepada sesiapa jua :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari
ayat-ayat Kami mereka tidak tersembunyi dari Kami, maka apakah orang-orang yang
dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan
aman sentosa pada Hari Qiyamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya
Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Az
Zikra (peringatan) ketika Az Zikra itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti
akan celaka). Dan sesungguhnya Al Kitab itu adalah kitab yang mulia.
Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an)
kebathilan baik dari hadapan mahu pun dari belakangnya, yang diturunkan dari
Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
Surah Al Fussilat (41) : ayat 40, 41-42
Peringatan-pringatan
sebegini mestilah selalu diperbuat, lantaran manusia ini bersifat lemah dan
sering leka, asyik dibuai mimpi indah dunia, terikut-ikut dengan kalam dan
perilaku orang kafir yang barang tentu amat menyeronokkan, sehingga sering
terbabas dari landasan murni Islam sama ada secara sedar atau tidak sedar.
Sehinggalah Allah Swt. bersumpah sebagaimana firmanNya :
“Demi masa! sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan
dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar”.
Surah Al Asr (103) : ayat 1-3
Lantas! apa
yang tidak kena dengan berulangkali memberi peringatan? Tepuk dada tanyalah iman
setipis kulit bawang tu...akuilah bahawa kita sentiasa memang perlukan
peringatan dan pesanan daripada orang lain kerana, memberi peringatan itu
sememangnya tuntutan Islam lantaran kita (manusia) memang lalai…...
والله تعالى
أعلم
, وصلى الله وسلم على نبينا محمد، وعلى آله
وأصحابه أجمعين.
Yang benar itu datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya,
semua yang tidak benar itu dari saya yang amat dhaif ini.
سكيان , والسلام
Risalah Jumaat : Hubungan Antara Akhlak, Aqidah Dan Iman.
HUBUNGAN
ANTARA AKHLAQ, AQIDAH DAN IMAN
Sesungguhnya
antara akhlaq, aqidah dan iman itu terdapat satu pertalian yang sangat kuat
sekali, karena akhlaq yang baik itu sebagai bukti dari keimanan yang kuat,
sedangkan akhlaq yang buruk sebagai bukti dari iman yang lemah. Semakin
sempurna akhlaq seorang muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah saw
bersabda:
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Kaum
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya di antara
mereka".
[HR. Tirmidzi 3/315 dan dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shagir I/266-267]
Akhlaq
yang baik adalah sebagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan
memiliki kelebihan dalam timbangan, pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah
saw. Demikian pula akhlaq yang baik merupakan salah satu sarana seseorang masuk
ke dalam syurga. Rasulullah saw bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ
فِي مِيزَانِ
الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
"Tidak
ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada
hari kiamat daripada akhlaq yang mulia" [HR. Tirmidzi dan Abu Daud dan
di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dlm Shahih Tirmidzi 2/194]
Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
"Sesungguhnya
di antara orang yang paling aku cintai di antara kalian, dan paling dekat
majelisnya denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya di antara
kalian".
[HR. Tirmidzi
dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shaghir 1/439]
Nabi saw pernah ditanya
tentang sebab banyaknya manusia yang dimasukkan ke dalam syurga, maka beliau
menjawab:
وَحُسْنُ الْخُلُقِ
"Taqwa
kepada Allah dan akhlaq yang baik."
[HR. Tirmidzi
dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/194]
Akhlaq yang baik mencakupi
pelaksanaan hak-hak Allah dan hak-hak makhluk. Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
“Kebanyakan orang memahami
bahwa akhlaq yang baik itu khusus mu’amalahnya seorang hamba dengan sesamanya,
tidak ada hubungannya antara mu’amalah dengan Al-Khaliq, tetapi ini adalah
pemahaman yang dangkal. Akhlak yang baik mencakupi mu’amalah dengan sesama
makhluq dan juga mu’amalah seorang hamba dengan Allah. Ini harus difahami oleh
kita semua. Akhlaq yang baik dalam bermuamalah dengan Allah mencakup tiga
perkara:
1.
Membenarkan
berita-berita yang datang dari Allah
2. Melaksanakan hukum-hukumNya
3. Sabar dan ridha kepada
takdirNya”
[Dinukil dari
Makarimul Akhlaq, hal: 16]
Dr.
Abdullah bin Dhaifullah Ar-Ruhaili berkata:
“Sesungguhnya
hak Allah yang menjadi kewajiban atas seorang manusia adalah hak yang paling
besar, demikian pula adab terhadap Allah adalah kewajiban yang paling wajib.”
Karena
Dia adalah Maha Pencipta tidak ada sekutu bagiNya, sedangkan selainNya adalah
makhluq, maka tidaklah sama antara hak makhluq dibandingkan dengan hak Allah.
Begitu
pula adab manusia terhadap Allah tidaklah sama dengan adab manusia kepada
sesamanya. Karena Allah itu Pencipta dan tidak ada sekutu bagiNya, maka
wajiblah atas seorang manusia untuk mentauhidkanNya, bersyukur dan beradab
kepadaNya sesuai dengan apa yang telah digariskan.
Adapun
pokok-pokok mu’amalah manusia dengan Allah secara ringkas adalah sebagai
berikut:
Beriman
kepadaNya dengan mantap, mentauhidkanNya dalam nama-nama, sifat-sifatNya dan
mentauhidkanNya dengan beribadah, selalu taat kepadaNya dan menjauhi maksiat,
baik di kala sendirian atau ketika disaksikan orang lain, secara rahasia
ataupun terang-terangan, baik dalam keadaan sulit maupun mudah.
Mengagungkan
syiar-syiar Allah dan aturanNya, serta tunduk kepada syari’atNya, menghormati
kitabNya dan sunnah-sunnah NabiNya saw, beradab kepada keduanya dan menerima
keduanya dan memahami dan mengamalkannya dengan benar tanpa berlebihan dan
tanpa menganggap remeh, memberikan perhatia
Mengagungkan
Allah dan mensucikanNya dari segala kekurangan, mensifatiNya dengan apa yang
Allah sifatkan dalam kitabNya dan melalui lisan RasulNya saw, ridha kepada
Allah dan takdirNya, mencintaiNya lebih, dari yang lain, selalu berdzikir dan
bersyukur kepadaNya, memperbaiki ibadah kepadaNya, berbuat baik kepada
hamba-hambaNya, tidak berbuat zhalim kepada mereka dan berprasangka baik
kepadaNya.” [Dinukil dari kitab:
“Al-Akhlaq Al-Fadhilah Qawaa’id wa Munthalaqat Liktisabiha” hal. 86-87]
Sebagian
manusia ada yang berpendapat bahwa dien Islam ini adalah semata-mata pergaulan
yang baik kepada manusia, sehingga merugikan manusia adalah kejahatan terbesar.
Kemudian terlihat secara zahir, dia berperilaku baik kepada orang lain, tetapi
pada saat yang sama dia menyia-nyiakan hak-hak Allah, dengan berbuat syirik,
kufur, bid’ah, dan maksiat lainnya. Dia berdo’a kepada selain Allah,
menyembelih haiwan untuk dijadikan sebagai sembahan, menyianyiakan solat. Ketika
orang tersebut ditegur, ia akan mengatakan bahwa ini adalah urusan pribadi, dan
orang yang berhak untuk ditegur adalah orang yang menyakiti tetangga, mengambil
hak orang lain, korupsi dan lain sebagainya. Tidakkah ia tahu bahwa dosa syirik
adalah dosa besar dan Allah tidak akan mengampuninya kecuali jika si pelaku
bertaubat. Allah berfirman:
إِنَّ
اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ
ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ
"Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia akan
mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya". [an-Nisa’ :
116]
Disisi
lain terdapat juga sebuah fenomena, adanya sebagian orang yang meremehkan
masalah akhlaq kepada sesama makhluq dengan sangkaan bahwa dien itu semata-mata
menunaikan hak Allah tanpa menunaikan hak makhluq. Pada hal sesungguhnya
menunaikan hak manusia adalah bagian dari menunaikan hak Allah swt. Juga telah disentuh
sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang erat antara keimanan kepada Allah
dengan akhlaq kepada sesama makhluq. Rasulullah saw bersabda:
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling akhlaqnya di antara mereka".
"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling akhlaqnya di antara mereka".
[HR. Tirmidzi
3/315 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shagir
I/266-267]
Dan
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak boleh) hendaklah diam". [HR. Bukhari]
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak boleh) hendaklah diam". [HR. Bukhari]
Dan
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ
لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَائقَهُ
"Demi
Allah! seseorang tidak akan beriman (beliau mengucapkannya tiga kali), Para
sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Orang
yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya." [HR. Bukhari]
Dan
keterangan-keterangan lainnya yang menunjukkan bahwa seorang muslim tidak akan
berbuat aniaya kepada orang lain.
KEUTAMAAN
AKHLAQ YANG BAIK.
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata: “Banyak nash dalam
Al-Qur’an maupun al-Hadits yang menganjurkan untuk berakhlaq yang baik dan
memuji orang yang menghiasi diri dengannya, serta menyebutkan
keutamaan-keutamaan yang diraih oleh orang yang berakhlaq mulia. Disebutkan
pula pengaruh-pengaruh positif dari akhlaq yang mulia berupa manfaat dan
maslahat, baik yang umun maupun yang khusus.
1.
Di
antara faedahnya yang paling besar adalah dalam rangka melaksanakan perintah
Allah dan perintah RasulNya saw , serta meneladani akhlaq nabi saw yang agung.
Berakhlaq yang baik iu sendiri merupakan ibadah yang besar sehingga seorang
hamba dapat hidup dengan penuh ketenangan dan kenikmatan secara konsisten, di
samping ia memperoleh pahala yang besar.
2.
Orang
yang berakhlaq mulia dicintai oleh orang yang dekat maupun yang jauh, musuh
bisa berubah haluan menjadi teman, orang jauh menjadi dekat.
3.
Dengan
akhlaq yang baik akan memantapkan dakwah yang dijalankan oleh seorang da’i dan
guru yang mengajarkan kebaikan, ia mendapat simpati banyak orang. Mereka akan
mendengarkan dengan hati yang senang dan siap menerima penjelasannya dengan
sebab akhlaq yang baik, juga karena tidak ada yang menghalangi jarak antara
keduanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [ali Imran: 159]
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [ali Imran: 159]
Keterangan tambahan (dari
penyusun):
“Sebelum
melanjutkan penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah, ada
baiknya kita mendengarkan penjelasan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh dalam
ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’u wal bina’u.
Beliau
berkata: “Terdapat kontradiksi antara ilmu yang dipelajari oleh sebagian orang
dengan amalan mereka. Sebagian dari mereka tidak memiliki akhlaq yang mulia,
tidak suka bersilaturrahmi, suka berdusta, mengingkari janji, kasar, bermuka
masam, padahal senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah. Juga kurang aktif
dalam amal sosial, seperti membantu para janda, anak yatim dan orang-orang yang
perlukan bantuan. Hendaklah dakwah itu tidak terbatas di atas mimbar dan
ceramah di majlis ilmu saja, hendaklah imbangi dengan dakwah bil hal (dengan
perbuatan) dan akhlaq yang mulia, karena pengaruhnya lebih besar daripada
berdakwah dengan kata-kata...”
1.
Akhlaq
itu merupakan ihsan (berbuat baik kepada orang lain) yang terkadang memiliki
nilai tambah melebihi ihsan dengan harta. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّكُمْ لَنْ
تَسَعُوا النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ حُسْنُ الْخُلُقِ
"Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan manusia dengan harta-harta kalian tetapi yang dapat memuaskan mereka adalah akhlaq yang baik".
"Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan manusia dengan harta-harta kalian tetapi yang dapat memuaskan mereka adalah akhlaq yang baik".
Yang sempurna apabila kedua hal tersebut dimiliki sekaligus,
akan tetapi jika seseorang tidak punya sehingga tidak dapat berbuat baik kepada
orang lain dengan material, maka dapat diganti dengan akhlaq yang baik, yaitu
dengan perilaku dan ucapan yang baik, bahkan mungkin mempunyai pengaruh yang
lebih bekesans daripada berbuat baik dengan harta.
2.
Dengan
akhlaq yang baik, hati yang tenang dan tentram akan memantapkan seseorang untuk
mendapatkan ilmu yang ia inginkan.
3.
Dengan
akhlaq yang baik, memberikan kesempatan bagi orang yang berdiskusi untuk
mengemukakan hujjahnya, dan ia dapat pula memahami hujjah teman diskusinya,
sehingga bisa terbimbing menuju kebenaran dalam perkataan dan perbuatannya.Di
samping itu akhlaq yang baik menjadi faktor terkuat untuk men mendapat kedua
hal tersebut di atas pada teman diskusinya. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah memberikan pada
kelembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekasaran".
[HR. Thabrani, Syaikh Ali bin Hasan menshahihkannya berdasarkan
syawahidnya]
4. Akhlaq yang baik dapat
menyelamatkan seorang hamba dari sikap tergesa-gesa dan sikap sembrono,
disebabkan oleh kematangannya, kesabarannya dan pandangannya yang jauh ke
depan, mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan menghindarkan bahaya yang ia
khawatirkan.
5. Syaikh Shalih Alu Syaikh
menyebutkan dalam ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’ wal bina’ bahwa ada empat
fenomena yang boleh mengotori dakwah iaitu:
a.
Memandang
sesuatu hanya dari satu sisi, tidak dari sisi yang lain. Biasanya mereka ini
telah mendapatkan doktrin dari guru mereka dan selalu bertaklid sehingga tidak dapat
berpendapat lain, selain yang digariskan oleh guru..
b.
Terburu-buru.
c.
Fanatik
madzhab, fanatik kelompok serta kultus individu
d.
Menuntut
kesempurnaan pihak lain, baik persaorangan ataupun organisasi.
6.
Dengan
akhlaq yang baik seseorang dapat menunaikan hak-hak yang wajib dan sunnah
kepada keluarga, anak-anak, kerabat, teman-teman, tetangga, customer
(pelanggan) dan semua orang yang berhubungan dengannya, karena berapa banyak
hak orang lain yang terabaikan disebabkan oleh akhlaq yang buruk.
7.
Akhlaq
yang baik itu membawa kepada sifat adil. Orang yang berakhlaq baik biasanya
tidak melegalisasi semua tindakan dan ia akan menjauhi sikap keras kepala pada
pendapatnya sendiri, karena keduanya itu mengakibatkan sikap tidak adil dan
menzhalimi orang lain.
8.
Orang
yang berakhlaq baik selalu dalam keadaan tenang dan penuh dengan kenikmatan dan
hatinya tentram sebagai modal bagi kehidupan yang bahagia. Adapun orang yang
berakhlaq buruk selalu dalam keadaan sengsara, tersiksa lahir batin, selalu
dalam pertentangan dengan dirinya sendiri, dengan anak-anaknya, dengan
orang-orang yang berhubungan dengannya. Hidupnya menjadi terganggu, waktunya
sia-sia, tidak mendapatkan keutamaan-keutamaan dari akhlaq yang baik, bahkan
yang ia dapatkan adalah akibat yang jelek disebabkan akhlaq yang buruk.
Dengan semua ini atau yang
semisalnya akan membuat jelas maksud sabda Rasulullah saw.
إِنَّ الْعَبْدَ
لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ
خُلُقِهِ دَرَجَةَ
الصَّائِمِ الْقَائِمِ
"Sesungguhnya
seorang hamba benar-benar bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat
dengan baik hanya dengan akhlaq yang baik" [5].
[Dinukil dari “A-Mu’in ‘ala tah-shili adabil’ilmi” hal. 61-65]
[Dinukil dari “A-Mu’in ‘ala tah-shili adabil’ilmi” hal. 61-65]
BEBERAPA
CARA MEMPROLEH AKHLAQ YANG BAIK.
Akhlaq yang baik dapat dimiliki
oleh manusia dengan dua jalan:
1.
Sifat
dasar yang sudah ada sebelumnya sebagai pemberian dari Allah, dan pemberian
dari Allah ini diberikan kepada orang yang Dia kehendaki. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais:
إِنَّ فِيكَ
خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا
اللَّهُ الْحِلْمُ
وَالْأَنَاةُ قَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَنَا أَتَخَلَّقُ بِهِمَا
أَمِ اللَّهُ جَبَلَنِي
عَلَيْهِمَا قَالَ
بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ
عَلَيْهِمَا قَالَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي جَبَلَنِي
عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ
"Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua akhlaq yang dicintai Allah, iaitu tahan emosi dan teliti.” Aisyah bertanya: “Wahai rasulullah, apakah kedua akhlaq tersebut karena usahaku untuk mendapatkannya ataukah pemberian dari Allah?” Beliau menjawab: “Pemberian dari Allah sejak awal.” Aisyah berkomentar: “Segala puji bagi Allah yang memberiku dua akhlaq yang dicintai oleh Allah dan RasulNya sebagai sifat dasar.” [6].
"Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua akhlaq yang dicintai Allah, iaitu tahan emosi dan teliti.” Aisyah bertanya: “Wahai rasulullah, apakah kedua akhlaq tersebut karena usahaku untuk mendapatkannya ataukah pemberian dari Allah?” Beliau menjawab: “Pemberian dari Allah sejak awal.” Aisyah berkomentar: “Segala puji bagi Allah yang memberiku dua akhlaq yang dicintai oleh Allah dan RasulNya sebagai sifat dasar.” [6].
2. Dengan cara berusaha untuk mendapatkan akhlaq yang baik. Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy menjelaskan bahwa setiap perbuatan terpuji,
baik yang nampak maupun yang tidak nampak, pasti dimudahkan oleh Allah untuk
mendapatkannya. Di samping usaha kita, maka watak dasar sebagai faktor terbesar
yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh akhlaq yang baik, dengan sedikit
usaha saja bisa tercapai apa yang ia kehendaki.
Kemudian Syaikh Abdurrahman menjelaskan beberapa sebab untuk
memperoleh akhlaq yang baik:
a. Ketahuilah termasuk faktor
terbesar yang dapat membantu seseorang memperoleh akhlaq yang baik adalah
dengan cara berfikir tentang keutamaan-keutamaan akhlaq yang baik. Karena
motivasi terbesar untuk melakukan seuatu perbuatan baik adalah mengetahui hasil
dan faidah yang dapat dipetik darinya, meskipun perkara tersebut suatu perkara
yang besar, penuh dengan tantangan dan kesulitan, akan tetapi dengan
bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian, maka kesulitan dan beban
yang berat itu akan terasa ringan.
Setiap
kali terasa berat bagi jiwa untuk berakhlaq yang baik, segeralah ia diingatkan
dengan keutamaan-keutamaan akhlaq yang mulia dan hasil yang akan diperoleh
dengan sebab kesabaran, maka dirinya akan melunak, tunduk patuh, pasrah dan
penuh harapan untuk mendapatkan segala keutamaan yang didambakan.
Faktor terbesar
lainnya adalah faktor kemauan yang kuat dan keinginan dan tulus untuk memiliki
akhlaq yang mulia. Ini adalah seutama-utama bekal seseorang yang diberi taufiq
oleh Allah. Maka semakin kuat keinginan untuk berakhlaq yang mulia, –insya
Allah- akan semakin mudah untuk mencapainya. [7].
Hendaklah
seseorang memperhatikan, bukankah akhlaq yang buruk akan mengaibatkan
penyesalan yang mendalam dan kegelisahan akan selalu menyertainya? di samping
pengaruh-pengaruh buruk lainnya. Dengan demikian ia akan menolak berperilaku
dengan akhlaq yang buruk.
d. Melatih diri dengan akhlaq yang baik [8] dan
memantapkan jiwa untuk meniti sarana-sarana yang dapat membawa kepada akhlaq
yang baik. Hendaklah seseorang mengokohkan dirinya untuk siap berbeda pendapat
dengan orang lain, karena orang yang berakhlaq baik pasti akan mendapat
penentangan dari orang banyak, baik dalam pemahaman ataupun dalam keinginan.
Setiap muslim pasti akan mendapatkan gangguan,baik berupa ucapan
ataupun perbuatan. Maka hendaklah ia tabah dalam menanggung derita.
Perlu diketahui, bahwa gangguan berupa ucapan yang menyakitkan
hanya akan merugikan si pengucapnya, dan seseorang dikatakan tegar jika ia
tidak terpancing dengan ucapan-ucapan yang dimaksudkan untuk memancing
emosinya, karena ia tahu jika ia terpengaruh atau marah berarti ia telah
membantu si pengucap yang menginginkan kerugiannya.
Jika ia tidak peduli, tidak ambil pusing dan bersikap acuh, maka
hal itu akan menjengkelkan hati si pengganggu yang bertujuan hanya menyakiti
hatinya, membuatnya menjadi gusar, gelisah dan cemas. Sebagaimana manusia itu
berusaha menghindari gangguan yang akan menimpa fisiknya, maka hendaklah ia
berusaha pula menghindari setiap gangguan yang menimpa batinnya, iaitu dengan
tidak memberi perhatian kepadanya. [Buku Al-Mu’in ‘Ala Tah-shiili
Adabil ilmi wa Akhlaaqil Muta’limin... hal. 66-68]
e. Termasuk usaha yang paling
penting dan paling berpengaruh adalah berdo’a kepada Allah, meminta agar Dia
memberikan taufiq kepada kita semua dan mengaruniakan kepada kita akhlaq yang
baik, dan agar menghindarkan diri kita semua dari akhlaq yang buruk. Semoga
Allah membantu dan memudahkan kita dalam rangka memperoleh akhlaq yang baik.
... وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ
الْأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا
إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ ...
"(Wahai Allah) Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang baik, karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada akhlaq yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku keburukan, karena tidak ada yang dapat memalingkan keburukan kecuali Engkau" [9]
"(Wahai Allah) Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang baik, karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada akhlaq yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku keburukan, karena tidak ada yang dapat memalingkan keburukan kecuali Engkau" [9]
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berdo’a dengan do’a sebagai berikut:
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ
وَالْأَهْوَاءِ و الأَدْوَاءِ
"Wahai Allah, jauhkanlah aku dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari kemungkaran-kemungkaran nafsu dan dari penyakit"
"Wahai Allah, jauhkanlah aku dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari kemungkaran-kemungkaran nafsu dan dari penyakit"
Dalam
riwayat yang lain:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ
وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ
"Wahai Allah, sesungguhnya saya berlindung
kepadaMu dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran
amal, dari kemungkaran-kemungkaran hawa nafsu" [HR. Tirmidzi 5/233, dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 3/184]
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdo’a pula:
اللَّهُمَّ كَمَا أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
"Wahai Allah sebagaimana Engkau telah
membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlaqku". [HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shagir 1/280]
Nota:
Kupasan
Sifat-Sifat Mazmumah dan Mahmudah oleh Drs Kariman dalam bentuk MP3 boleh
diperolehi dengan harga RM5 satu.
Pecahan
kos adalah seperti berikut:
- Harga CD -
RM 1
- Kos Penghantaran -
RM 1
- Infaq kepada Badan Kebajian Fakir Miskin Muhammadiyah - RM 3
- RM 5
Jika
ingin memilikinya CD1 & CD2, sila e-mail alamat rumah kepada saya dan cara
bayaran akan dimaklumkan.
RM3
dari bayaran CD yang tuan/puan jelaskan akan digunakan untuk membeli makanan
untuk fakir dan miskin yang kini meneri bantuan bulanan dari Badan ini. Amaunnya
nampaknya sedikit tetapi ia merupakan amal jariah yang amat berguna apabila
kita dihisab nanti.
Langgan:
Catatan (Atom)