Rabu, 27 Februari 2013
RISALAH JUMAAT : Tinggalkan Kebathilan, Carilah Rizqi Yang Halal
TINGGALKAN KEBATHILAN, CARILAH RIZQI
YANG HA-LAL
Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah. Dia-lah yang
telah memberikan keampunan kepada setiap pelaku dosa. Dan Allah-lah jua yang
telah melipat-gandakan pahala bagi para pelaku kebajikan. Dia melimpahkan
berbagai kebaikan dan kenikmatan kepada segenap makhlukNya.
Ketahuilah! kekayaan dan kecukupan hidup hendaknya tidak menjadi
pembatas ke atas seseorang untuk bertaqwa. Dia mesti yaqin, bahawa nikmat iman,
Islam dan taqwa merupakan nikmat dan kurniaan dari Allah semata. Oleh itu,
pemberian kalau pun sedikit, jika disyukuri dan dirasa cukup, itu lebih baik
daripada banyaknya jumlah tak terkira, tetapi masih menganggapnya selalu
kekurangan. Sehingga tidaklah berfaedah limpahan nikmat dan banyaknya harta
bagi orang-orang yang tidak tahu bersyukur kepada Allah.
Maka, kekayaan sebenar bukanlah disebabkan ukuran harta yang
melimpah. Namun, yang sebenarnya adalah kekayaan yang terdapat pada hati
sanubari dan jiwa. Ya’ni jiwa yang selalu qana'ah dan menerima dengan lapang
dada setiap pemberian Allah kepadanya, Tidak dia jadikan kekayan dunia sebagai
buruan dan matlamat hidup melepasi rasa iman dan taqwa. Demikianlah sifat
manusia yang beruntung di dunia dan akhirat. sebagaimana sabda Nabi Saw. :
“Sungguh beruntung
orang yang telah berserah diri, diberi kecukupan rizqi dan diberi sifat qana'ah
terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya.” [Hadis sahih riwayat imam Muslim
Rhm.]
Dengan sifat qana'ah ini, seorang Muslim boleh menjaga diri dari
melakukan ketidakadilan, perbuatan haram dan pencabulan dalam mencari rizqi.
Dia akan sentiasa memastikan rizqi yang diperolehinya merupakan rahmat bukannya
istidraj. Ketika bermu'amalah dalam mencari penghidupan, jangan sampai
melakukan tindak kezaliman dengan memakan harta orang lain dengan cara haram.
Inilah qaedah dasar yang harus kita jadikan parameter dalam bermu'amalah. Allah
berfirman :
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu…”
[Surah An Nisa’ (4) : ayat 29].
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.”
[Surah Al Baqarah (2) : 188]
Dan baginda Nabi Saw. telah mengingatkan :
“Setiap muslim terhadap muslim yang lain adalah haram
darahnya, harga dirinya, dan hartanya.”
[Hadis sahih riwayat imam Muslim Rhm.]
Para Jama’ah yang dikasihi, moga barokah Allah mengiringi hidup
kita
Lihatlah contoh pada diri Rasulullah Saw. : Ketika menjual seorang
budak kepada Al 'Adda`, baginda Saw. menuliskan : "Ini adalah yang telah
dibeli Al 'Adda` bin Khalid bin Haudhah dari Muhammad Rasulullah. Dia telah
membeli seorang budak tanpa cacat yang tersembunyi. Tidak ada tipu daya mahupun
rekacipta," kemudian baginda melanjutkan : "Inilah jual beli Muslim
dengan Muslim yang lainnya". Begitulah Rasulullah Saw. memberikan contoh
etika jual beli sesama Muslim, dengan mengadakan aqad secara tertulis, dan
tidak sedikit pun ada unsur dusta.
Namun para pemburu dunia yang tamak, rela menempuh jalan menyimpang
dalam mencari harta. Mereka lakukan dengan cara bathil, melakukan tipu daya,
memanipulasi, dan mengelabui orang-orang yang lemah. Bahkan ada yang berpura
sebagai penolong kaum miskin, tetapi ternyata melakukan pemerasan, memakan
harta orang-orang yang terhimpit kesusahan, seolah tak memiliki rasa hiba dan
belas kasih. Berbagai kepuraan ini, mereka namakan dengan pinjaman lunak,
gadaian atau yang lainnya. Kenyataannya, bantuan dan pinjaman tersebut tidak
sesekali meringankan beban, apalagi mengentaskan penderitaan, tetapi akan lebih
menjerumuskan ke dalam jurang penderitaan, kesusahan dan kemiskinan. Benarlah
sabda Nabi Saw. :
“Sungguh akan datang kepada manusia suatu masa, yaitu
seseorang tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan harta, dari jalan halal
ataukah (yang) haram. [Hadis sahih riwayat imam Bukhari Rhm.]
Justeru itu, tidak hairanlah kita menyaksikan pada masa ini,
betapa gencarnya usaha-usaha yang diharamkan agama, seperti bandar perjudian,
praktik perdukunan, para wanita hilang susila, hasil perdagangan dari barang
diharamkan semisal khamr, rokok dan dadah. hasil pencurian dan rompakan, tidak
jujur dalam perdagangan dengan penipuan dan mengurangi timbangan, memakan riba,
memakan harta anak yatim, korupsi dan nepotisme. Ingatlah sesungguhnya Rasulullah
Saw. telah mengingatkan kita :
“Demi Allah, bukanlah kefaqiran yang aku takutkan menimpa
kalian. Akan tetapi, yang aku takutkan adalah terbukanya dunia bagi kalian,
sebagaimana telah terbuka bagi umat-umat sebelum kalian. Sehingga kalian akan
berlumba-lumba, sebagaimana mereka telah berlumba-lumba. Demikian itu akan
menghancurkan kalian, sebagaimana juga telah menghancurkan umat sebelum
kalian.” [hadis sahih Muttafaqun 'alaih].
Ketahuilah, seseorang yang memakan harta bathil dan haram,
hidupnya tidak akan tenang dan bahagia. Seluruh doa yang dia panjatkan ke
hadhrat Allah akan tertolak. Rasulullah telah menyebutkan sebuah kisah. yaitu
seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sampai keadaannya
menjadi kusut dan berdebu, kemudian dia menadahkan tangannya ke langit seraya
berdoa
"ya Rabbi, ya Rabbi," akan tetapi makanannya
haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dikenyangkan dari yang haram.
Lantas, bagaimana mungkin doanya bisa dikabulkan?!
[Hadis sahih riwayat imam Muslim Rhm.]
Ingatlah terhadap hisab, pembalasan dan siksa di akhirat. Para
pelaku kezaliman akan mengalami kebangkrapan di akhirat. Meskipun ia membawa
pahala begitu banyak yang dikumpulkan ketika di dunia, namun pahala-pahala yang
ia himpun itu, akan dialihkan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi. Jika
pahalanya telah habis sementara kezaliman yang ia lakukan belum bisa tertutupi,
maka dosa orang-orang yang dia zalimi dialihkan kepada dirinya, sehingga dia
terbebani dengan dosa orang-orang yang dia zalimi tersebut, sehingga ia pun
bangkrap tanpa apa pun pahala. Dan akhirnya dilemparkan dia ke dalam api
neraka.
Para Jama’ah yang dikasihi, moga restu Allah memayungi diri kita.
Lihatlah sekarang ini, begitu banyak orang-orang yang Allah
anugerahkan kepintaran, tetapi dia gunakannya dengan licik demi memakan harta
malah merosakkan orang lain. Bahkan ada di antaranya yang senghaja
mempermasalahkan dan membawanya ke hadapan hakim. Ditempuhlah berbagai cara,
dan tipu daya supaya boleh mendapatkan harta yang bukan menjadi haknya. Semua
itu diperlakukan akibat rasa tamak haloba dan kenistaan yang ada dalam diri
tanpa sedikit pun ada rasa takut akan sang Pencipta. Padahal dia sedar dan tahu
bahawa, barangsiapa mengambil bahagian hak milik orang lain tanpa hak, maka
hakikatnya dia telah mengambil bahagian dari bara api neraka.
Sabda Nabi
Saw. :
"Barangsiapa merampas hak seorang Muslim dengan
sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya
syurga," maka salah seorang bertanya : Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?"
Baginda menjawab : Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi ." [Hadis sahih
riwayat imam Muslim Rhm.]
Marilah kita memperingati diri, bahawa usaha yang haram tidak akan
menghasilkan, kecuali kebinasaan. Suapan demi suapan makanan yang didapat dari jalan
haram, akan menurunkan harga diri kita di sisi Allah. Sebaliknya, usaha yang
baik dan halal, walaupun sedikit, akan menjadi pahala dan tabungan yang selalu
akan bertambah-tambah tidak terputus di akhirat dan berbarokah. Ingatlah,
sesungguhnya Allah berpesan :
“Sesiapa yang
mengkehendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya
dan sesiapa yang yang mengkehendaki keuntungan dunia, (akan) Kami berikan
kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian
pun di akhirat.” [Surah Asy Syu’ura (42) : ayat 20]
“Barang siapa yang mengkehendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki
bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; dia
akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” [Surah Al Israa’ (17) ayat
18]
Akhirnya, marilah dalam mencari rizqi, tetaplah dalam jalan yang
halal dan yang diredhai Allah, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Kita hindari sejauh-jauhnya jalan-jalan yang diharamkan.
Dan tidak ada jalan kebenaran, kecuali datang dari Allah dan Rasul-Nya. Wallahu
a'lam.
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 ulasan:
Catat Ulasan