HUBUNGAN
ANTARA AKHLAQ, AQIDAH DAN IMAN
Sesungguhnya
antara akhlaq, aqidah dan iman itu terdapat satu pertalian yang sangat kuat
sekali, karena akhlaq yang baik itu sebagai bukti dari keimanan yang kuat,
sedangkan akhlaq yang buruk sebagai bukti dari iman yang lemah. Semakin
sempurna akhlaq seorang muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah saw
bersabda:
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Kaum
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya di antara
mereka".
[HR. Tirmidzi 3/315 dan dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shagir I/266-267]
Akhlaq
yang baik adalah sebagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan
memiliki kelebihan dalam timbangan, pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah
saw. Demikian pula akhlaq yang baik merupakan salah satu sarana seseorang masuk
ke dalam syurga. Rasulullah saw bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ
فِي مِيزَانِ
الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
"Tidak
ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada
hari kiamat daripada akhlaq yang mulia" [HR. Tirmidzi dan Abu Daud dan
di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dlm Shahih Tirmidzi 2/194]
Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
"Sesungguhnya
di antara orang yang paling aku cintai di antara kalian, dan paling dekat
majelisnya denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya di antara
kalian".
[HR. Tirmidzi
dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shaghir 1/439]
Nabi saw pernah ditanya
tentang sebab banyaknya manusia yang dimasukkan ke dalam syurga, maka beliau
menjawab:
وَحُسْنُ الْخُلُقِ
"Taqwa
kepada Allah dan akhlaq yang baik."
[HR. Tirmidzi
dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/194]
Akhlaq yang baik mencakupi
pelaksanaan hak-hak Allah dan hak-hak makhluk. Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
“Kebanyakan orang memahami
bahwa akhlaq yang baik itu khusus mu’amalahnya seorang hamba dengan sesamanya,
tidak ada hubungannya antara mu’amalah dengan Al-Khaliq, tetapi ini adalah
pemahaman yang dangkal. Akhlak yang baik mencakupi mu’amalah dengan sesama
makhluq dan juga mu’amalah seorang hamba dengan Allah. Ini harus difahami oleh
kita semua. Akhlaq yang baik dalam bermuamalah dengan Allah mencakup tiga
perkara:
1.
Membenarkan
berita-berita yang datang dari Allah
2. Melaksanakan hukum-hukumNya
3. Sabar dan ridha kepada
takdirNya”
[Dinukil dari
Makarimul Akhlaq, hal: 16]
Dr.
Abdullah bin Dhaifullah Ar-Ruhaili berkata:
“Sesungguhnya
hak Allah yang menjadi kewajiban atas seorang manusia adalah hak yang paling
besar, demikian pula adab terhadap Allah adalah kewajiban yang paling wajib.”
Karena
Dia adalah Maha Pencipta tidak ada sekutu bagiNya, sedangkan selainNya adalah
makhluq, maka tidaklah sama antara hak makhluq dibandingkan dengan hak Allah.
Begitu
pula adab manusia terhadap Allah tidaklah sama dengan adab manusia kepada
sesamanya. Karena Allah itu Pencipta dan tidak ada sekutu bagiNya, maka
wajiblah atas seorang manusia untuk mentauhidkanNya, bersyukur dan beradab
kepadaNya sesuai dengan apa yang telah digariskan.
Adapun
pokok-pokok mu’amalah manusia dengan Allah secara ringkas adalah sebagai
berikut:
Beriman
kepadaNya dengan mantap, mentauhidkanNya dalam nama-nama, sifat-sifatNya dan
mentauhidkanNya dengan beribadah, selalu taat kepadaNya dan menjauhi maksiat,
baik di kala sendirian atau ketika disaksikan orang lain, secara rahasia
ataupun terang-terangan, baik dalam keadaan sulit maupun mudah.
Mengagungkan
syiar-syiar Allah dan aturanNya, serta tunduk kepada syari’atNya, menghormati
kitabNya dan sunnah-sunnah NabiNya saw, beradab kepada keduanya dan menerima
keduanya dan memahami dan mengamalkannya dengan benar tanpa berlebihan dan
tanpa menganggap remeh, memberikan perhatia
Mengagungkan
Allah dan mensucikanNya dari segala kekurangan, mensifatiNya dengan apa yang
Allah sifatkan dalam kitabNya dan melalui lisan RasulNya saw, ridha kepada
Allah dan takdirNya, mencintaiNya lebih, dari yang lain, selalu berdzikir dan
bersyukur kepadaNya, memperbaiki ibadah kepadaNya, berbuat baik kepada
hamba-hambaNya, tidak berbuat zhalim kepada mereka dan berprasangka baik
kepadaNya.” [Dinukil dari kitab:
“Al-Akhlaq Al-Fadhilah Qawaa’id wa Munthalaqat Liktisabiha” hal. 86-87]
Sebagian
manusia ada yang berpendapat bahwa dien Islam ini adalah semata-mata pergaulan
yang baik kepada manusia, sehingga merugikan manusia adalah kejahatan terbesar.
Kemudian terlihat secara zahir, dia berperilaku baik kepada orang lain, tetapi
pada saat yang sama dia menyia-nyiakan hak-hak Allah, dengan berbuat syirik,
kufur, bid’ah, dan maksiat lainnya. Dia berdo’a kepada selain Allah,
menyembelih haiwan untuk dijadikan sebagai sembahan, menyianyiakan solat. Ketika
orang tersebut ditegur, ia akan mengatakan bahwa ini adalah urusan pribadi, dan
orang yang berhak untuk ditegur adalah orang yang menyakiti tetangga, mengambil
hak orang lain, korupsi dan lain sebagainya. Tidakkah ia tahu bahwa dosa syirik
adalah dosa besar dan Allah tidak akan mengampuninya kecuali jika si pelaku
bertaubat. Allah berfirman:
إِنَّ
اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ
ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ
"Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia akan
mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya". [an-Nisa’ :
116]
Disisi
lain terdapat juga sebuah fenomena, adanya sebagian orang yang meremehkan
masalah akhlaq kepada sesama makhluq dengan sangkaan bahwa dien itu semata-mata
menunaikan hak Allah tanpa menunaikan hak makhluq. Pada hal sesungguhnya
menunaikan hak manusia adalah bagian dari menunaikan hak Allah swt. Juga telah disentuh
sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang erat antara keimanan kepada Allah
dengan akhlaq kepada sesama makhluq. Rasulullah saw bersabda:
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Kaum mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling akhlaqnya di antara mereka".
[HR. Tirmidzi
3/315 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shagir
I/266-267]
Dan
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak
boleh) hendaklah diam". [HR. Bukhari]
Dan
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ
لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَائقَهُ
"Demi
Allah! seseorang tidak akan beriman (beliau mengucapkannya tiga kali), Para
sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Orang
yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya." [HR. Bukhari]
Dan
keterangan-keterangan lainnya yang menunjukkan bahwa seorang muslim tidak akan
berbuat aniaya kepada orang lain.
KEUTAMAAN
AKHLAQ YANG BAIK.
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata: “Banyak nash dalam
Al-Qur’an maupun al-Hadits yang menganjurkan untuk berakhlaq yang baik dan
memuji orang yang menghiasi diri dengannya, serta menyebutkan
keutamaan-keutamaan yang diraih oleh orang yang berakhlaq mulia. Disebutkan
pula pengaruh-pengaruh positif dari akhlaq yang mulia berupa manfaat dan
maslahat, baik yang umun maupun yang khusus.
1.
Di
antara faedahnya yang paling besar adalah dalam rangka melaksanakan perintah
Allah dan perintah RasulNya saw , serta meneladani akhlaq nabi saw yang agung.
Berakhlaq yang baik iu sendiri merupakan ibadah yang besar sehingga seorang
hamba dapat hidup dengan penuh ketenangan dan kenikmatan secara konsisten, di
samping ia memperoleh pahala yang besar.
2.
Orang
yang berakhlaq mulia dicintai oleh orang yang dekat maupun yang jauh, musuh
bisa berubah haluan menjadi teman, orang jauh menjadi dekat.
3.
Dengan
akhlaq yang baik akan memantapkan dakwah yang dijalankan oleh seorang da’i dan
guru yang mengajarkan kebaikan, ia mendapat simpati banyak orang. Mereka akan
mendengarkan dengan hati yang senang dan siap menerima penjelasannya dengan
sebab akhlaq yang baik, juga karena tidak ada yang menghalangi jarak antara
keduanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
"Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu". [ali Imran: 159]
Keterangan tambahan (dari
penyusun):
“Sebelum
melanjutkan penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah, ada
baiknya kita mendengarkan penjelasan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh dalam
ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’u wal bina’u.
Beliau
berkata: “Terdapat kontradiksi antara ilmu yang dipelajari oleh sebagian orang
dengan amalan mereka. Sebagian dari mereka tidak memiliki akhlaq yang mulia,
tidak suka bersilaturrahmi, suka berdusta, mengingkari janji, kasar, bermuka
masam, padahal senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah. Juga kurang aktif
dalam amal sosial, seperti membantu para janda, anak yatim dan orang-orang yang
perlukan bantuan. Hendaklah dakwah itu tidak terbatas di atas mimbar dan
ceramah di majlis ilmu saja, hendaklah imbangi dengan dakwah bil hal (dengan
perbuatan) dan akhlaq yang mulia, karena pengaruhnya lebih besar daripada
berdakwah dengan kata-kata...”
1.
Akhlaq
itu merupakan ihsan (berbuat baik kepada orang lain) yang terkadang memiliki
nilai tambah melebihi ihsan dengan harta. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّكُمْ لَنْ
تَسَعُوا النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ حُسْنُ الْخُلُقِ
"Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan
manusia dengan harta-harta kalian tetapi yang dapat memuaskan mereka adalah
akhlaq yang baik".
Yang sempurna apabila kedua hal tersebut dimiliki sekaligus,
akan tetapi jika seseorang tidak punya sehingga tidak dapat berbuat baik kepada
orang lain dengan material, maka dapat diganti dengan akhlaq yang baik, yaitu
dengan perilaku dan ucapan yang baik, bahkan mungkin mempunyai pengaruh yang
lebih bekesans daripada berbuat baik dengan harta.
2.
Dengan
akhlaq yang baik, hati yang tenang dan tentram akan memantapkan seseorang untuk
mendapatkan ilmu yang ia inginkan.
3.
Dengan
akhlaq yang baik, memberikan kesempatan bagi orang yang berdiskusi untuk
mengemukakan hujjahnya, dan ia dapat pula memahami hujjah teman diskusinya,
sehingga bisa terbimbing menuju kebenaran dalam perkataan dan perbuatannya.Di
samping itu akhlaq yang baik menjadi faktor terkuat untuk men mendapat kedua
hal tersebut di atas pada teman diskusinya. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah memberikan pada
kelembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekasaran".
[HR. Thabrani, Syaikh Ali bin Hasan menshahihkannya berdasarkan
syawahidnya]
4. Akhlaq yang baik dapat
menyelamatkan seorang hamba dari sikap tergesa-gesa dan sikap sembrono,
disebabkan oleh kematangannya, kesabarannya dan pandangannya yang jauh ke
depan, mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan menghindarkan bahaya yang ia
khawatirkan.
5. Syaikh Shalih Alu Syaikh
menyebutkan dalam ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’ wal bina’ bahwa ada empat
fenomena yang boleh mengotori dakwah iaitu:
a.
Memandang
sesuatu hanya dari satu sisi, tidak dari sisi yang lain. Biasanya mereka ini
telah mendapatkan doktrin dari guru mereka dan selalu bertaklid sehingga tidak dapat
berpendapat lain, selain yang digariskan oleh guru..
b.
Terburu-buru.
c.
Fanatik
madzhab, fanatik kelompok serta kultus individu
d.
Menuntut
kesempurnaan pihak lain, baik persaorangan ataupun organisasi.
6.
Dengan
akhlaq yang baik seseorang dapat menunaikan hak-hak yang wajib dan sunnah
kepada keluarga, anak-anak, kerabat, teman-teman, tetangga, customer
(pelanggan) dan semua orang yang berhubungan dengannya, karena berapa banyak
hak orang lain yang terabaikan disebabkan oleh akhlaq yang buruk.
7.
Akhlaq
yang baik itu membawa kepada sifat adil. Orang yang berakhlaq baik biasanya
tidak melegalisasi semua tindakan dan ia akan menjauhi sikap keras kepala pada
pendapatnya sendiri, karena keduanya itu mengakibatkan sikap tidak adil dan
menzhalimi orang lain.
8.
Orang
yang berakhlaq baik selalu dalam keadaan tenang dan penuh dengan kenikmatan dan
hatinya tentram sebagai modal bagi kehidupan yang bahagia. Adapun orang yang
berakhlaq buruk selalu dalam keadaan sengsara, tersiksa lahir batin, selalu
dalam pertentangan dengan dirinya sendiri, dengan anak-anaknya, dengan
orang-orang yang berhubungan dengannya. Hidupnya menjadi terganggu, waktunya
sia-sia, tidak mendapatkan keutamaan-keutamaan dari akhlaq yang baik, bahkan
yang ia dapatkan adalah akibat yang jelek disebabkan akhlaq yang buruk.
Dengan semua ini atau yang
semisalnya akan membuat jelas maksud sabda Rasulullah saw.
إِنَّ الْعَبْدَ
لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ
خُلُقِهِ دَرَجَةَ
الصَّائِمِ الْقَائِمِ
"Sesungguhnya
seorang hamba benar-benar bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat
dengan baik hanya dengan akhlaq yang baik" [5].
[Dinukil
dari “A-Mu’in ‘ala tah-shili adabil’ilmi” hal. 61-65]
BEBERAPA
CARA MEMPROLEH AKHLAQ YANG BAIK.
Akhlaq yang baik dapat dimiliki
oleh manusia dengan dua jalan:
1.
Sifat
dasar yang sudah ada sebelumnya sebagai pemberian dari Allah, dan pemberian
dari Allah ini diberikan kepada orang yang Dia kehendaki. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais:
إِنَّ فِيكَ
خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا
اللَّهُ الْحِلْمُ
وَالْأَنَاةُ قَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَنَا أَتَخَلَّقُ بِهِمَا
أَمِ اللَّهُ جَبَلَنِي
عَلَيْهِمَا قَالَ
بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ
عَلَيْهِمَا قَالَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي جَبَلَنِي
عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ
"Sesungguhnya
pada dirimu terdapat dua akhlaq yang dicintai Allah, iaitu tahan emosi dan
teliti.” Aisyah bertanya: “Wahai rasulullah, apakah kedua akhlaq tersebut
karena usahaku untuk mendapatkannya ataukah pemberian dari Allah?” Beliau
menjawab: “Pemberian dari Allah sejak awal.” Aisyah berkomentar: “Segala puji
bagi Allah yang memberiku dua akhlaq yang dicintai oleh Allah dan RasulNya
sebagai sifat dasar.” [6].
2. Dengan cara berusaha untuk mendapatkan akhlaq yang baik. Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy menjelaskan bahwa setiap perbuatan terpuji,
baik yang nampak maupun yang tidak nampak, pasti dimudahkan oleh Allah untuk
mendapatkannya. Di samping usaha kita, maka watak dasar sebagai faktor terbesar
yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh akhlaq yang baik, dengan sedikit
usaha saja bisa tercapai apa yang ia kehendaki.
Kemudian Syaikh Abdurrahman menjelaskan beberapa sebab untuk
memperoleh akhlaq yang baik:
a. Ketahuilah termasuk faktor
terbesar yang dapat membantu seseorang memperoleh akhlaq yang baik adalah
dengan cara berfikir tentang keutamaan-keutamaan akhlaq yang baik. Karena
motivasi terbesar untuk melakukan seuatu perbuatan baik adalah mengetahui hasil
dan faidah yang dapat dipetik darinya, meskipun perkara tersebut suatu perkara
yang besar, penuh dengan tantangan dan kesulitan, akan tetapi dengan
bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian, maka kesulitan dan beban
yang berat itu akan terasa ringan.
Setiap
kali terasa berat bagi jiwa untuk berakhlaq yang baik, segeralah ia diingatkan
dengan keutamaan-keutamaan akhlaq yang mulia dan hasil yang akan diperoleh
dengan sebab kesabaran, maka dirinya akan melunak, tunduk patuh, pasrah dan
penuh harapan untuk mendapatkan segala keutamaan yang didambakan.
Faktor terbesar
lainnya adalah faktor kemauan yang kuat dan keinginan dan tulus untuk memiliki
akhlaq yang mulia. Ini adalah seutama-utama bekal seseorang yang diberi taufiq
oleh Allah. Maka semakin kuat keinginan untuk berakhlaq yang mulia, –insya
Allah- akan semakin mudah untuk mencapainya. [7].
Hendaklah
seseorang memperhatikan, bukankah akhlaq yang buruk akan mengaibatkan
penyesalan yang mendalam dan kegelisahan akan selalu menyertainya? di samping
pengaruh-pengaruh buruk lainnya. Dengan demikian ia akan menolak berperilaku
dengan akhlaq yang buruk.
d. Melatih diri dengan akhlaq yang baik [8] dan
memantapkan jiwa untuk meniti sarana-sarana yang dapat membawa kepada akhlaq
yang baik. Hendaklah seseorang mengokohkan dirinya untuk siap berbeda pendapat
dengan orang lain, karena orang yang berakhlaq baik pasti akan mendapat
penentangan dari orang banyak, baik dalam pemahaman ataupun dalam keinginan.
Setiap muslim pasti akan mendapatkan gangguan,baik berupa ucapan
ataupun perbuatan. Maka hendaklah ia tabah dalam menanggung derita.
Perlu diketahui, bahwa gangguan berupa ucapan yang menyakitkan
hanya akan merugikan si pengucapnya, dan seseorang dikatakan tegar jika ia
tidak terpancing dengan ucapan-ucapan yang dimaksudkan untuk memancing
emosinya, karena ia tahu jika ia terpengaruh atau marah berarti ia telah
membantu si pengucap yang menginginkan kerugiannya.
Jika ia tidak peduli, tidak ambil pusing dan bersikap acuh, maka
hal itu akan menjengkelkan hati si pengganggu yang bertujuan hanya menyakiti
hatinya, membuatnya menjadi gusar, gelisah dan cemas. Sebagaimana manusia itu
berusaha menghindari gangguan yang akan menimpa fisiknya, maka hendaklah ia
berusaha pula menghindari setiap gangguan yang menimpa batinnya, iaitu dengan
tidak memberi perhatian kepadanya. [Buku Al-Mu’in ‘Ala Tah-shiili
Adabil ilmi wa Akhlaaqil Muta’limin... hal. 66-68]
e. Termasuk usaha yang paling
penting dan paling berpengaruh adalah berdo’a kepada Allah, meminta agar Dia
memberikan taufiq kepada kita semua dan mengaruniakan kepada kita akhlaq yang
baik, dan agar menghindarkan diri kita semua dari akhlaq yang buruk. Semoga
Allah membantu dan memudahkan kita dalam rangka memperoleh akhlaq yang baik.
... وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ
الْأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا
إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ ...
"(Wahai Allah) Berilah aku
petunjuk kepada akhlaq yang baik, karena tidak ada yang dapat memberikan
petunjuk kepada akhlaq yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku
keburukan, karena tidak ada yang dapat memalingkan keburukan kecuali
Engkau" [9]
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berdo’a dengan do’a sebagai berikut:
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ
وَالْأَهْوَاءِ و الأَدْوَاءِ
"Wahai Allah, jauhkanlah aku
dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari
kemungkaran-kemungkaran nafsu dan dari penyakit"
Dalam
riwayat yang lain:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ
وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ
"Wahai Allah, sesungguhnya saya berlindung
kepadaMu dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran
amal, dari kemungkaran-kemungkaran hawa nafsu" [HR. Tirmidzi 5/233, dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 3/184]
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdo’a pula:
اللَّهُمَّ كَمَا أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
"Wahai Allah sebagaimana Engkau telah
membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlaqku". [HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shagir 1/280]
Nota:
Kupasan
Sifat-Sifat Mazmumah dan Mahmudah oleh Drs Kariman dalam bentuk MP3 boleh
diperolehi dengan harga RM5 satu.
Pecahan
kos adalah seperti berikut:
- Harga CD -
RM 1
- Kos Penghantaran -
RM 1
- Infaq kepada Badan Kebajian Fakir Miskin Muhammadiyah - RM 3
- RM 5
Jika
ingin memilikinya CD1 & CD2, sila e-mail alamat rumah kepada saya dan cara
bayaran akan dimaklumkan.
RM3
dari bayaran CD yang tuan/puan jelaskan akan digunakan untuk membeli makanan
untuk fakir dan miskin yang kini meneri bantuan bulanan dari Badan ini. Amaunnya
nampaknya sedikit tetapi ia merupakan amal jariah yang amat berguna apabila
kita dihisab nanti.
0 ulasan:
Catat Ulasan