Rabu, 14 November 2012
Manfaat Ilmu dan Larangan Merosakkannya...
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله
و بركاته
وبعد€, يسرلي أمري وأحلل عقدة من لساني يفقهوا قولي
رب إشرح لي صدري و
Segala puji bagi Allah Swt., Pencipta
sekelian alam. Salawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad Saw.
Selamat sejahtera ke atas para Ahlul Bait, SahabatNya, Tabi'in, Tabi'ut
Tabi'in, para Syuhada dan Salafus Soleh serta orang-orang yang mengikut mereka
dengan baik hingga ke hari kemudian. A'mma ba'du.
Terlebih dahulu saya mengucapkan selamat
menjalani rutin kehidupan sehari-hari kepada semua rakan jamaah serta para
pembaca. Seraya mendoakan agar sentiasa Allah Swt. membimbing dan melindungi
diri kita dari segala macam keburukan dan kejahatan, seterusnya memelihara diri
kita supaya tetap berpegang teguh kepadaNya dan menerima semua amalan kita.
Moga Allah Swt. Yang Maha Esa Yang Maha Dermawan, meredhainya. Saya berlindung
diri dengan Allah Tabaraka Wata’ala dari sebarang kesilapan dan kekhilafan,
serta memohon pimpinanNya sentiasa dalam menghasilkan artikel ini.
Alhamdulillah, saya masih berkesempatan
menukilkan sesuatu tentang ilmu, dan siri ini adalah yang keenam. Banyak juga
saya mendapat maklumbalas dari para jamaah dan pembaca, terkandung juga
beberapa persoalan berkenaan hal ilmu. Terima kasih saya ucapkan kepada semua
maklumbalas tersebut. Sesungguhnya ia benar-benar memberikan semangat untuk
saya terus menyebarkan da’wah dan pengetahuan setakat yang termampu. Berkenaan
persoalan yang dibangkitkan, akan saya beri maklumbalas nanti, InsyaAllah.
Seorang hamba yang sejati adalah seorang
yang beribadah kepada Allah Swt. atas dasar ilmu yang telah jelas kebenaran
baginya. Kerana dengan ilmu, seseorang beribadah kepada Allah Swt. berdasarkan
basirah (mata hati), yang hadir dari nurani paling dalam, maka hatinya akan selalu
terpaut dengan ibadah, dan hatinya pun akan diterangi dengan ibadah itu
sehingga dia melakukannya disebabkan oleh hal itu, dan bukannya sebagai adat
(kebiasaan) ikut-ikutan semata-mata.
Lantaran itu, apabila seseorang
mengerjakan solat berdasarkan sikap begini (dengan ilmu), maka dia termasuk
dalam orang yang dijamin oleh apa yang difirmankan oleh Allah Swt. : Solat itu
akan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar. Sesungguhnya melakukan amal
berdasarkan ilmu yang haq ini adalah warisan, suruhan dan jalan yang dibuat
oleh Nabi Saw. sepertimana yang difirmankan oleh Allah Swt. :
“Katakanlah (wahai Muhammad), inilah
jalanku yang lurus, aku mengajak manusia kepada Allah atas dasar ilmu yang aku
lakukan beserta pengikutku. Maha Suci Allah dan aku bukanlah termasuk orang
yang musyrik”.
Surah Yusuf (12) : ayat 108
Ilmu syara’ adalah datang dari Allah Swt.
dan dicontohkan oleh rasulNya. Di dalamnya terkandung pujian dan sanjungan
kepada pemiliknya. Akan tetapi, saya tidak mengingkari bahawa ilmu selainnya
juga mengandung faedah, namun secara terbatas. Jika ia membantu dalam
melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt., membela agamaNya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia, maka ilmu itu adalah baik dan maslahat. Terkadang
mempelajarinya menjadi wajib dalam kondisi tertentu jika ia termasuk dalam
rangka firman Allah Swt. :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
(orang kafir, dengan) kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat…….”
Surah Al Anfaal (8) : ayat 60
Syeikh Muhammad bin Solih Al Utsaimin rh.
Kitaab ul Ilmu, halaman 8-9
Ilmu yang bermanfaat dapat diketahui
dengan melihat tanda-tanda yang ada pada pemilik ilmu itu sendiri, yang di
antaranya :
1. Orang yang bermanfaat
ilmunya tidak menganggap dirinya mempunyai keadaan dan kedudukan yang tinggi
serta hati mereka membenci pujian dari manusia. Tidak menganggap dirinya suci
dan tidak sombong terhadap orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.
2. Pemilik ilmu yang
bermanfaat apabila ilmunya bertambah, meningkat pula rasa tawadhu’, rasa takut,
kehinaan dan ketundukannya di hadapan Allah Swt.
3. Ilmu yang bermanfaat
mengajak pemiliknya lari dari dunia. Yang paling besar adalah kedudukan,
kebenaran dan pujian. Menjauhi hal itu dan bersungguh-sungguh dalam
menjauhkannya, maka hal itu adalah tanda ilmu yang bermanfaat.
4. Pemilik ilmu ini
tidak mengaku-ngaku memiliki ilmu dan tidak berbangga dengannya terhadap
seorang pun. Tidak jua dia menisbatkan kebodohan kepada seseorang pun kecuali
seseorang yang jelas-jelas menyalahi sunnah dan ahlus sunnah. Ia marah
kepadanya kerana Allah Swt. semata-mata bukan kerana peribadinya dan, tidak
pula bermaksud meninggikan kedudukan dirinya sendiri di atas seseorang pun.
Syeikh Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Kitab
Thalabul ilman Thariiqu ilal Jannah (Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga),
halaman 26-27
Syeikhul Islam Taqiyuddin Ahmad Bin Abdul
Halim Bin Abdus Salam Bin Abdullah Bin Muhammad Ibnu Taimiyyah Al Harrani Ad
Dimasyqi rh. (wafat 728H) menyebutkan : Ilmu adalah apa yang dibangunkan di
atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah apa yang dibawa oleh Rasulullah
Saw. Terkadang ada ilmu yang tidak dibawa secara langsung oleh Rasulullah Saw.
seperti dalam urusan duniawi yaitu perubatan, ilmu hisab, ilmu pertanian dan
ilmu perdagangan.
Kitab Majmu’ Fatawaa, Jilid 6 halaman 388
Dari satu sisi lain beliau menjelaskan :
Ilmu yang bermanfaat ini, yang merupakan tiang dan asas dari hikmah Allah Swt.,
terbahagi kepada tiga bahagian. Beliau seterusnya menegaskan bahawa : ilmu yang
terpuji, yang ditunjukkan oleh Al Kitab dan As Sunnah adalah ilmu yang
diwariskan dari para nabi sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Tiga bahagian ilmu
itu adalah :
1. Ilmu tentang Allah
Swt., nama-nama dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Contohnya
adalah sebagaimana Allah Swt. menurunkan Surah Al Ikhlas, Ayat Kursi dan
sebagainya.
2. Ilmu mengenai berita
dari Allah Swt. tentang hal-hal yang telah terjadi dan akan terjadi di masa
akan datang serta yang sedang terjadi. Contohnya adalah Allah Swt. menurunkan
ayat-ayat tentang kisah, janji, ancaman, sifat syurga, sifat neraka dan
sebagainya.
3. Ilmu mengenai
perintah Allah Swt. yang berkaitan dengan hati dan perbuatan-perbuatan anggota
tubuh, seperti beriman kepada Allah, ilmu pengetahuan tentang hati dan
kondisinya, serta perkataan dan perbuatan anggota badan. Dan hal ini termasuk
di dalamnya ilmu tentang dasar-dasar keimanan dan tentang kaedah-kaedah Islam
dan masuk di dalamnya ilmu yang membahas tentang perkataan dan
perbuatan-perbuatan yang zahir, seperti ilmu-ilmu fiqh yang membahas tentang
hukum amal perbuatan. Dan hal itu merupakan bahagian dari ilmu agama Islam.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rh. Kitab
Majmu’ Fatawaa, Jilid 11 halaman 396-397
Dalam satu bab lain, beliau rh. turut
menyatakan bahawa : Telah berkata Yahya bin Amar rh. (wafat 422H), ilmu itu ada
lima bahagian, yang terkandung didalamnya yang memberi manfaat dan yang tidak
memberi manfaat :
1. Ilmu yang merupakan
kehidupan bagi agama Islam, yaitu ilmu tauhid.
2. Ilmu yang merupakan
santapan agama Islam, yaitu ilmu tentang mempelajari makna-makna Al Qur’an dan
hadis.
3. Ilmu yang merupakan
ubat agama Islam, yaitu ilmu fatwa. Apabila sesuatu musibah (malapetaka) datang
kepada seorang hamba, ia memerlukan orang yang mampu menyembuhkannya dari
musibah itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Rhu.
4. Ilmu yang merupakan
penyakit bagi agama Islam, yaitu ilmu kalam dan bid’ah
5. Ilmu yang merupakan
kebinasaan bagi agama Islam, yaitu ilmu sihir dan yang sepertinya
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rh. Kitab
Majmu’ Fatawaa, Jilid 10 halaman 145-146
Allah Swt. telah menerangkan tentang
betapa besarnya manfaat ilmu dan kelebihan orang yang berilmu dalam banyak
ayat. Salah satunya adalah :
“Dan agar orang-orang yang telah diberi
ilmu, meyakini bahawasanya dia (Al Qur’an) itulah yang haq dari Tuhanmu lalu
mereka beriman lalu tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah
Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”.
Surah Al Hajj (22) : ayat 54
Ayat ini membawa maksud : Agar orang-orang
yang diberi ilmu, yaitu orang-orang yang dapat membezakan antara yang haq
dengan yang batil dengan ilmunya, mengetahui bahawa Al Qur’an adalah kebenaran
yang turun daripada Allah kepadamu Wahai Muhammad. Tidak ada keraguan
didalamnya dan tidak ada jalan untuk syaitan (untuk) merosaknya. Dengan
demikian, keimanan mereka bertambah dan hati mereka tunduk patuh kepadanya.
Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa
kepadaNya dan kepada rasulNya, kepada jalan yang haq lagi nyata, yaitu agama
suci Islam yang akan menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Rabbitah Al Alam Al Islamy, Tafsir Al
Muyassar, Jeddah KSA
Dalam satu ayat lagi, Allah Swt.
menjelaskan :
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada
mereka), Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak
berilmu? Hanya orang-orang yang berakal yang boleh mengambil pelajaran”.
Surah az-Zumar (39) : ayat 9
Dari ayat ini, Abdullah Ibnu ‘Abbas Rhu. menyatakan
: Syarat bagi seseorang untuk dikatakan sebagai ‘alim tentang Allah yang Maha
Pengasih di antara hamba-hamba-Nya adalah tidak mensyirikkan Allah,
menghalalkan dan mengharamkan sebagaimana yang ditetapkan Allah, menjaga dan
memelihara tuntutan dan kehendak Allah, meyakini bahawa Allah akan menemuinya
dan menghisap amal perbuatannya.
Tafsiirul Qur’an ul Adziim (Tafsir Ibnu
Katsir), Jilid 6 halaman 544
Demikianlah Allah Swt. sangat memuji ilmu
serta mendorong hamba-hambaNya untuk mencari ilmu dan membekali diri dengannya.
Manusia dilahirkan sama sifat dan perangainya sehingga sukar dibeza kalau pun
dasar penciptaannya adalah sama yaitu untuk menyembah Allah Swt. Namun
begitu, sesungguhnya perbezaan itu tetap jua boleh dikenalpasti, yaitu dengan
ilmulah yang membezakan manusia. Demikianlah hebatnya manfaat ilmu.
Begitulah secara dasar betapa tingginya
manfaat ilmu dan kelebihan orang berilmu di sisi Allah Swt. dan rasulNya.
Manfaat ilmu dan kelebihan terbesar mereka adalah upaya membezakan antara yang
haq dengan yang batil, mengakui Al Qur’an adalah kebenaran yang turun daripada
Allah, mematuhi syariat Nabi Muhammad Saw. dan, keimanan mereka bertambah dan
mereka tunduk patuh kepadaNya. Seterusnya hidup dalam petunjuk, beriman dan
bertaqwa kepadaNya dan kepada rasulNya, sepertimana tuntutan agama suci Islam
yang haq. Sedangkan sebelum datangnya Nabi Saw. membawa ilmu yang haq ini,
semua manusia didalam kesesatan. Ini dinyatakan oleh Allah Swt. dalam firmanNya
:
“Sesungguhnya Allah telah memberi kurnia
kepada orang-orang yang beriman (bangsa Arab), ketika Allah mengutus di
kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. Ia membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan Al
Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
berada di dalam kesesatan yang nyata”.
Surah Aali Imran (3) : ayat 164
Tafsir ayat ini - Sesungguhnya Allah telah
memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman (bangsa Arab), ketika Allah
mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Al Qur’an, dan menyucikan diri-diri mereka
dari syirik dan akhlak yang rosak, dan mengajarkan mereka Al Qur’an dan As
Sunnah. Sesungguhnya sebelum kedatangan Rasulullah itu, mereka benar-benar di
dalam kesesatan dan kejahilan yang nyata”.
Rabbitah Al Alam Al Islamy, Tafsir Al
Muyassar, Jeddah KSA
Berkenaan manfaatnya ilmu, Imam Al Hafiz
Zainuddin Abdur Rahman bin Ahmad bin Abdur Rahman bin Al Hassan As Sulami Al Baghdadi
Al Hanbali rh. (Ibnu Rajab Al Hanbali – wafat 795H), mengatakan, ilmu yang
bermanfaat akan menuntun kepada 2 perkara yaitu :
1. Mengenal Allah Taala
dan segala apa yang menjadi hakNya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat
yang tinggi dan perbuatan-peerbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya
pengagungan, rasa takut, cinta, harap dan tawakkal kepada Allah serta
melahirkan redha terhadap taqdir dan sabar atas segala musibah yang Allah
Ta’ala berikan.
2. Mengetahui segala
yang diredhai dan dicintai oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang
dibenci dan dimurkaiNya berupa keyakinan, perbuatan yang zahir dan batin serta
ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya bersegera untuk melakukan
segala apa yang diredhai dan dicintai Allah Taala dan menjauhi segala apa yang
dibenci dan dimurkaiNya.
Apabila ilmu itu menghasilkan hal begini
bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Bila-bila sahaja ilmu itu
bermanfaat dan menusuk di dalam hati, maka sungguh, hati akan merasa khuyu’,
takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah Taala. Maka jiwa merasa cukup
dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya
sehingga hal itu menjadikannya qana’ah (murah hati) dan zuhud di dunia.
Imam Al Hafiz Ibnu Rajab Al Hanbali rh.
Kitab Fadhlu Ilmi Salaf Alal Khalaf, halaman 11-13. Dinukil dari kitab takhrij
dan ta’liq oleh Syeikh Ali bin Hassan bin Ali Abdul Hamid
Terkadang Allah Swt. mengkhabarkan tentang
suatu kaum yang diberikan ilmu, namun ilmu yang ada pada mereka tidak
mendatangkan manfaat. Itu adalah ilmu yang bermanfaat hakikatnya, akan tetapi
penerimanya tidak memperlakukannya secara memberi manfaat. Hal ini diceritakan
oleh Alah Swt. :
“Perumpamaan orang yang diberi tugas
membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah
seperti kaldai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangatlah buruk kaum yang
mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim”.
Surah Al Jumu’ah (62) : ayat 5
Dan firmanNya lagi :
“Mereka hanya mengetahui yang lahir
(tampak) dari kehidupan dunia ; sedangkan terhadap kehidupan akhirat mereka
lalai”.
Surah Ar Ruum (30) : ayat 7
Kerana itulah As Sunnah membahagikan ilmu
yang bermanfaat dan ilmu yang tidak bermanfaat kepada ummat muslimin, supaya
perbezaan diantara keduanyanya dikenali. Seterusnya menganjurkan supaya ummat
mukminin berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat sebaliknya sentiasa
bermohon kepada Allah untuk menuntut, berpegang, beramal dan istiqomah dengan
ilmu yang bermanfaat.
Dan pasti sekali ilmu yang haq itu adalah
Al Qur’an dan As Sunnah Nabi Saw. serta apa jua ilmu pengetahuan yang
bertunjangkan ketundukpatuhan kepadanya. Justeru itulah Allah Swt. menyuruh
supaya berpegang teguh kepada ilmu yang haq (Al Qur’an dan As Sunnah) dan
jangan sesekali berpegang kepada selain daripada itu menerusi firmanNya :
“Bahawasanya inilah jalan Ku yang lurus,
maka ikutlah kamu akan dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain,
yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah. Itulah perintah Tuhan
kepadamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”.
Surah Al An’aam (6) : ayat 153
Selain dari perintah supaya berpegang
teguh kepada ilmu yang haq, Allah Swt. juga berpesan seraya melarang ummat
muslimin daripada merosakkan ilmu yang haq itu dengan melakukan perkara yang
dilarang. Ummat muslimin dilarang sama sekali melakukan tasyabbuh (menyerupai
orang-orang kafir) dalam aspek kehidupan biasa mahu pun dalan amalan beragama
mereka, lantaran Islam diturunkan cukup lengkap syariat dan peraturannya,
kerana ia termasuk dalam perbuatan kesesatan sepertimana firman Allah Swt. :
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas
satu syari’at (peraturan) dari urusan (agama), maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.
Surah Al Jatsiyah (45) : ayat 18
Allah Swt. menurunkan ilmu yang haq itu
kepada seluruh ummat manusia dan dicontohkan pula pemahaman dan amalannya oleh
rasulNya. Ia terkandung suruhan dan juga larangan secara jelas dan nyata demi
kebaikan manusia di dunia mahu pun di akhirat, tanpa sesuatu apa pun yang
tersembunyi atau tidak lengkap. Seterusnya dituntut ummat mukminin menerima
ilmu yang haq itu secara kaffah (keseluruhan) bukannya menerima yang disukai
sahaja dan menolak sebahagian yang lain sepertimana perbuatan kaum yahudi dan
nasrani.
Kerana itu, Allah Swt. memberi peringatan
bahawa orang-orang yang telah datang kepada mereka pengetahuan, namun mereka
memilih untuk mengkesampingkan kebenaran itu lantaran mengikut hawa nafsu atau
apa-apa jua sebab yang bukan dengan keredhaan Allah Swt., maka sesungguhnya
mereka tidak akan mendapat perlindungan dari siksaan Allah Swt. yang amat
pedih. Begitulah dimaksudkan oleh Allah Swt. lewat KalamNya :
“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab
kepada mereka (yahudi dan nasrani yang masuk Islam) bergembira dengan Kitab
yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (yahudi dan nasrani)
yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah : sesungguhnya
aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu
pun dengan Dia. Hanya kepadaNya aku seru (manusia) dan hanya kepadaNya aku
kembali.
Dan demikianlah, Kami telah turunkan Al
Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam Bahasa Arab, dan seandainya
kamu mengikut hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu maka
sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah”.
Surah Ar Ra’du (13) : ayat 36-37
Allah Swt. menurunkan ilmu yang haq yang
dengannya ummat mukminin diperintahkan supaya menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf, ajakan kepada agama Islam dan mentaati segala
syari’atnya dan mencegah dari yang mungkar bagi semua yang menyalahi petunjuk
Nabi Saw. Dan Allah Swt. berpesan supaya tidak menjadi seumpama golongan
kafirun yang menyebar permusuhan dan kebencian sesama mereka, lalu mereka
berpecah dan bercerai berai kepada beberapa kelompok. Mereka berselisih tentang
pokok-pokok agama sedangkan telah datang kepada mereka keterangan yang jelas
dan nyata. Demikianlah pesanan dan larangan Allah Swt. kepada kaum muslimin
dalam firmanNya :
“Dan hendaklah di antara kamu, ada
segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang
yang bercerai berai dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan yang
jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat”.
Surah Aali Imran (3) : ayat 104-105
Satu lagi kerosakan terbesar dalam ilmu
dan perbuatan amat terlarang adalah perangai menyembunyikan ilmu atau
mencampuradukkannya demi untuk mencapai sesuatu maksud. Ummat muslimin disuruh
berkata benar dan berdiri teguh atas ilmu yang haq seraya menyebarkan kebenaran
itu ke seluruh alam. Tugas mukminin sebagai hamba Allah Swt. untuk menyembahNya
dengan mempelajari ilmu, mentaati dan menyampaikannya. Perbuatan menyembunyikan
ilmu kebenaran adalah suatu dosa besar yang tidak sepatutnya diperlakukan.
Begitu juga, sangat terlarang mencampuradukkan kebenaran yang di datangkan
Allah Swt. dengan kebatilan yang diada-adakan oleh syaitan dan manusia (waima
sesiapa pun).
Hakikatnya, perbuatan mencampuradukan
antara yang haq dengan yang batil ini adalah menyembunyikan al haq (kebenaran)
dan memesongkan makna ilmu pengetahuan dari pemahaman sebenarnya. Ini perbuatan
amat batil dan besar dosanya. Demikianlah pesanan Allah Swt. di dalam KalamNya
:
“Dan janganlah (sekali-kali) kamu mencampuradukkan
kebenaran dengan kebatilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran,
sedangkan kamu mengetahuinya”.
Surah Al Baqarah (2) : ayat 42
Dalam satu ayat lain, Allah Swt. dan
seluruh makhluk lain melaknati manusia yang menyembunyikan ilmu, dalam
firmanNya :
“Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab
(Al Qur’an), mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua
(makhluk) yang dapat melaknati”.
Surah Al Baqarah (2) : ayat 159
Begitu juga, satu lagi gejala kerosakan
ilmu yang sering dilakukan oleh ummat manusia adalah tidak mengamalkan ilmu
yang diperolehi dan ini merupakan perbuatan yang menyebabkan hilangnya barokah
ilmu. Sesungguhnya, seseorang yang memiliki ilmu akan diminta
pertanggungjawaban atas ilmunya oleh Allah Swt. Orang sebegini hampir mencapai
tahap munafiq lantaran hanya tahu dan pandai berkata-kata, namun gagal untuk
melaksanakan hatta dalam diri sendiri pun. Benar Allah Swt. sangat membenci dan
mencela orang-orang yang melakukan perbuatan ini menerusi firmanNya :
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian disisi
Allah bahawa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Surah As Saff (61) : ayat 2-3
Demikian juga, amat dilarang dan dicela
sikap manusia yang menjadi ulama’ suu’ (jahat dan buruk), yang dengan ilmunya
dia ingin mendapatkan sanjungan manusia serta mengharapkan habuan dunia. Mereka
akan sembunyikan yang haq juga memesongkan makna kebenaran dari Allah Swt. dan
rasulNya, dengan mengikut apa sahaja yang membuatkan orang suka, bukan
mengatakan hukum sebenarnya demi memastikan mereka akan mendapat habuan
darinya.
Disebabkan perangai mereka inilah, yang
haq dan yang batil telah bercampur aduk sehingga yang haq itu menjadi
tersembunyi, tidak lagi dikenali dan terkesamping. Mereka inilah menjadi punca
membiaknya segala macam bid’ah, khurafat dan kemungkaran dalam masyarakat.
Golongan ini adalah ulama’ yang rela menyesatkan diri demi mengharapkan
habuan dan natijahnya telah menyesatkan jutaan ummat lain. Kepada mereka ini
junjungan mulia Nabi Saw. telah berpesan :
“Dari Abu Hurairah Rhu. ia berkata
bahawasanya Nabi Saw. bersabda : Barang siapa mempelajari sesuatu ilmu, yang
dengan ilmu itu semestinya dia mencari wajah Allah, (akan tetapi) dia tidak
mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka dia tidak akan
mencium bau syurga pada hari qiyamat”.
Hadis sahih riwayat imam Abu Daud rh. imam
Ibnu Majah rh. imam Ahmad rh. dan imam Ibu Hibban rh.
Akhirul Kalaam : setakat ini dahulu
nukilan saya kali ini. Saya menyeru, marilah bersama kita mencari dan menuntut
ilmu, seterusnya mengamalkan dan menyampaikannya. Menerusi cara inilah ilmu itu
dapat dimanfaatkan dan akan menjadi saksi kebenaran ke atas untung nasib diri
kita di hari akhirat nanti. Dan bersama lah kita memohon kepada Allah Azza
Wajalla agar menjadikan kita golongan penegak ilmu yang haq dan tidak sesekali
menjadi golongan yang merosakkannya. Mudah-mudahan sumbangan kecil ini memberi
manfaat kepada kita semua terutamanya kepada diri saya sendiri.
“Dari Abu Hurairah Rhu. ia berkata
bahawasanya Nabi Saw bersabda : Barang siapa yang mempelajari ilmu untuk
berbangga-bangga di hadapan para ulama’ dan untuk berdebat dengan orang-orang
bodoh serta mencari perhatian orang banyak, maka Allah telah memasukkannya ke
dalam neraka jahannam”.
Hadis hasan riwayat imam Ibnu Majah rh.
(No. 260)
والله
تعالى أعلم
Yang benar itu datang dari Allah Swt. dan
Rasul-Nya, semua yang tidak benar itu dari saya yang amat dhaif ini.
سكيان , والسلام
eddzahir@38
Tanah Liat, Bukit Mertajam
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 ulasan:
Catat Ulasan