Rabu, 14 November 2012

Manfaat Ilmu dan Larangan Merosakkannya...

0 ulasan



بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
وبعد€, يسرلي أمري وأحلل عقدة من لساني يفقهوا قولي رب إشرح لي صدري و

Segala puji bagi Allah Swt., Pencipta sekelian alam. Salawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad Saw. Selamat sejahtera ke atas para Ahlul Bait, SahabatNya, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, para Syuhada dan Salafus Soleh serta orang-orang yang mengikut mereka dengan baik hingga ke hari kemudian. A'mma ba'du.

Terlebih dahulu saya mengucapkan selamat menjalani rutin kehidupan sehari-hari kepada semua rakan jamaah serta para pembaca. Seraya mendoakan agar sentiasa Allah Swt. membimbing dan melindungi diri kita dari segala macam keburukan dan kejahatan, seterusnya memelihara diri kita supaya tetap berpegang teguh kepadaNya dan menerima semua amalan kita. Moga Allah Swt. Yang Maha Esa Yang Maha Dermawan, meredhainya. Saya berlindung diri dengan Allah Tabaraka Wata’ala dari sebarang kesilapan dan kekhilafan, serta memohon pimpinanNya sentiasa dalam menghasilkan artikel ini.

Alhamdulillah, saya masih berkesempatan menukilkan sesuatu tentang ilmu, dan siri ini adalah yang keenam. Banyak juga saya mendapat maklumbalas dari para jamaah dan pembaca, terkandung juga beberapa persoalan berkenaan hal ilmu. Terima kasih saya ucapkan kepada semua maklumbalas tersebut. Sesungguhnya ia benar-benar memberikan semangat untuk saya terus menyebarkan da’wah dan pengetahuan setakat yang termampu. Berkenaan persoalan yang dibangkitkan, akan saya beri maklumbalas nanti, InsyaAllah.

Seorang hamba yang sejati adalah seorang yang beribadah kepada Allah Swt. atas dasar ilmu yang telah jelas kebenaran baginya. Kerana dengan ilmu, seseorang beribadah kepada Allah Swt. berdasarkan basirah (mata hati), yang hadir dari nurani paling dalam, maka hatinya akan selalu terpaut dengan ibadah, dan hatinya pun akan diterangi dengan ibadah itu sehingga dia melakukannya disebabkan oleh hal itu, dan bukannya sebagai adat (kebiasaan) ikut-ikutan semata-mata.

Lantaran itu, apabila seseorang mengerjakan solat berdasarkan sikap begini (dengan ilmu), maka dia termasuk dalam orang yang dijamin oleh apa yang difirmankan oleh Allah Swt. : Solat itu akan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar. Sesungguhnya melakukan amal berdasarkan ilmu yang haq ini adalah warisan, suruhan dan jalan yang dibuat oleh Nabi Saw. sepertimana yang difirmankan oleh Allah Swt. :

“Katakanlah (wahai Muhammad), inilah jalanku yang lurus, aku mengajak manusia kepada Allah atas dasar ilmu yang aku lakukan beserta pengikutku. Maha Suci Allah dan aku bukanlah termasuk orang yang musyrik”.
Surah Yusuf (12) : ayat 108

Ilmu syara’ adalah datang dari Allah Swt. dan dicontohkan oleh rasulNya. Di dalamnya terkandung pujian dan sanjungan kepada pemiliknya. Akan tetapi, saya tidak mengingkari bahawa ilmu selainnya juga mengandung faedah, namun secara terbatas. Jika ia membantu dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt., membela agamaNya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka ilmu itu adalah baik dan maslahat. Terkadang mempelajarinya menjadi wajib dalam kondisi tertentu jika ia termasuk dalam rangka firman Allah Swt. :

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (orang kafir, dengan) kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat…….”
Surah Al Anfaal (8) : ayat 60
Syeikh Muhammad bin Solih Al Utsaimin rh. Kitaab ul Ilmu, halaman 8-9

Ilmu yang bermanfaat dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda yang ada pada pemilik ilmu itu sendiri, yang di antaranya :

1.    Orang yang bermanfaat ilmunya tidak menganggap dirinya mempunyai keadaan dan kedudukan yang tinggi serta hati mereka membenci pujian dari manusia. Tidak menganggap dirinya suci dan tidak sombong terhadap orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.
2.    Pemilik ilmu yang bermanfaat apabila ilmunya bertambah, meningkat pula rasa tawadhu’, rasa takut, kehinaan dan ketundukannya di hadapan Allah Swt.
3.    Ilmu yang bermanfaat mengajak pemiliknya lari dari dunia. Yang paling besar adalah kedudukan, kebenaran dan pujian. Menjauhi hal itu dan bersungguh-sungguh dalam menjauhkannya, maka hal itu adalah tanda ilmu yang bermanfaat.
4.    Pemilik ilmu ini tidak mengaku-ngaku memiliki ilmu dan tidak berbangga dengannya terhadap seorang pun. Tidak jua dia menisbatkan kebodohan kepada seseorang pun kecuali seseorang yang jelas-jelas menyalahi sunnah dan ahlus sunnah. Ia marah kepadanya kerana Allah Swt. semata-mata bukan kerana peribadinya dan, tidak pula bermaksud meninggikan kedudukan dirinya sendiri di atas seseorang pun.
Syeikh Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Kitab Thalabul ilman Thariiqu ilal Jannah (Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga), halaman 26-27

Syeikhul Islam Taqiyuddin Ahmad Bin Abdul Halim Bin Abdus Salam Bin Abdullah Bin Muhammad Ibnu Taimiyyah Al Harrani Ad Dimasyqi rh. (wafat 728H) menyebutkan : Ilmu adalah apa yang dibangunkan di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Terkadang ada ilmu yang tidak dibawa secara langsung oleh Rasulullah Saw. seperti dalam urusan duniawi yaitu perubatan, ilmu hisab, ilmu pertanian dan ilmu perdagangan.
Kitab Majmu’ Fatawaa, Jilid 6 halaman 388

Dari satu sisi lain beliau menjelaskan : Ilmu yang bermanfaat ini, yang merupakan tiang dan asas dari hikmah Allah Swt., terbahagi kepada tiga bahagian. Beliau seterusnya menegaskan bahawa : ilmu yang terpuji, yang ditunjukkan oleh Al Kitab dan As Sunnah adalah ilmu yang diwariskan dari para nabi sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Tiga bahagian ilmu itu adalah :

1.    Ilmu tentang Allah Swt., nama-nama dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Contohnya adalah sebagaimana Allah Swt. menurunkan Surah Al Ikhlas, Ayat Kursi dan sebagainya.
2.    Ilmu mengenai berita dari Allah Swt. tentang hal-hal yang telah terjadi dan akan terjadi di masa akan datang serta yang sedang terjadi. Contohnya adalah Allah Swt. menurunkan ayat-ayat tentang kisah, janji, ancaman, sifat syurga, sifat neraka dan sebagainya.
3.    Ilmu mengenai perintah Allah Swt. yang berkaitan dengan hati dan perbuatan-perbuatan anggota tubuh, seperti beriman kepada Allah, ilmu pengetahuan tentang hati dan kondisinya, serta perkataan dan perbuatan anggota badan. Dan hal ini termasuk di dalamnya ilmu tentang dasar-dasar keimanan dan tentang kaedah-kaedah Islam dan masuk di dalamnya ilmu yang membahas tentang perkataan dan perbuatan-perbuatan yang zahir, seperti ilmu-ilmu fiqh yang membahas tentang hukum amal perbuatan. Dan hal itu merupakan bahagian dari ilmu agama Islam.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rh. Kitab Majmu’ Fatawaa, Jilid 11 halaman 396-397

Dalam satu bab lain, beliau rh. turut menyatakan bahawa : Telah berkata Yahya bin Amar rh. (wafat 422H), ilmu itu ada lima bahagian, yang terkandung didalamnya yang memberi manfaat dan yang tidak memberi manfaat  :

1.    Ilmu yang merupakan kehidupan bagi agama Islam, yaitu ilmu tauhid.
2.    Ilmu yang merupakan santapan agama Islam, yaitu ilmu tentang mempelajari makna-makna Al Qur’an dan hadis.
3.    Ilmu yang merupakan ubat agama Islam, yaitu ilmu fatwa. Apabila sesuatu musibah (malapetaka) datang kepada seorang hamba, ia memerlukan orang yang mampu menyembuhkannya dari musibah itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Rhu.
4.    Ilmu yang merupakan penyakit bagi agama Islam, yaitu ilmu kalam dan bid’ah
5.    Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama Islam, yaitu ilmu sihir dan yang sepertinya   
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rh. Kitab Majmu’ Fatawaa, Jilid 10 halaman 145-146

Allah Swt. telah menerangkan tentang betapa besarnya manfaat ilmu dan kelebihan orang yang berilmu dalam banyak ayat. Salah satunya adalah :

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahawasanya dia (Al Qur’an) itulah yang haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman lalu tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”.
Surah Al Hajj (22) : ayat 54

Ayat ini membawa maksud : Agar orang-orang yang diberi ilmu, yaitu orang-orang yang dapat membezakan antara yang haq dengan yang batil dengan ilmunya, mengetahui bahawa Al Qur’an adalah kebenaran yang turun daripada Allah kepadamu Wahai Muhammad. Tidak ada keraguan didalamnya dan tidak ada jalan untuk syaitan (untuk) merosaknya. Dengan demikian, keimanan mereka bertambah dan hati mereka tunduk patuh kepadanya. Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepadaNya dan kepada rasulNya, kepada jalan yang haq lagi nyata, yaitu agama suci Islam yang akan menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Rabbitah Al Alam Al Islamy, Tafsir Al Muyassar, Jeddah KSA

Dalam satu ayat lagi, Allah Swt. menjelaskan :

 “Katakanlah (wahai Muhammad kepada mereka), Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu? Hanya orang-orang yang berakal yang boleh mengambil pelajaran”.
Surah az-Zumar (39) : ayat 9

Dari ayat ini, Abdullah Ibnu ‘Abbas Rhu. menyatakan : Syarat bagi seseorang untuk dikatakan sebagai ‘alim tentang Allah yang Maha Pengasih di antara hamba-hamba-Nya adalah tidak mensyirikkan Allah, menghalalkan dan mengharamkan sebagaimana yang ditetapkan Allah, menjaga dan memelihara tuntutan dan kehendak Allah, meyakini bahawa Allah akan menemuinya dan menghisap amal perbuatannya.
Tafsiirul Qur’an ul Adziim (Tafsir Ibnu Katsir), Jilid 6 halaman 544

Demikianlah Allah Swt. sangat memuji ilmu serta mendorong hamba-hambaNya untuk mencari ilmu dan membekali diri dengannya. Manusia dilahirkan sama sifat dan perangainya sehingga sukar dibeza kalau pun dasar penciptaannya adalah sama yaitu untuk menyembah Allah Swt.  Namun begitu, sesungguhnya perbezaan itu tetap jua boleh dikenalpasti, yaitu dengan ilmulah yang membezakan manusia. Demikianlah hebatnya manfaat ilmu.

Begitulah secara dasar betapa tingginya manfaat ilmu dan kelebihan orang berilmu di sisi Allah Swt. dan rasulNya. Manfaat ilmu dan kelebihan terbesar mereka adalah upaya membezakan antara yang haq dengan yang batil, mengakui Al Qur’an adalah kebenaran yang turun daripada Allah, mematuhi syariat Nabi Muhammad Saw. dan, keimanan mereka bertambah dan mereka tunduk patuh kepadaNya. Seterusnya hidup dalam petunjuk, beriman dan bertaqwa kepadaNya dan kepada rasulNya, sepertimana tuntutan agama suci Islam yang haq. Sedangkan sebelum datangnya Nabi Saw. membawa ilmu yang haq ini, semua manusia didalam kesesatan. Ini dinyatakan oleh Allah Swt. dalam firmanNya :

“Sesungguhnya Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman (bangsa Arab), ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. Ia membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka berada di dalam kesesatan yang nyata”.
Surah Aali Imran (3) : ayat 164

Tafsir ayat ini - Sesungguhnya Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman (bangsa Arab), ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Al Qur’an, dan menyucikan diri-diri mereka dari syirik dan akhlak yang rosak, dan mengajarkan mereka Al Qur’an dan As Sunnah. Sesungguhnya sebelum kedatangan Rasulullah itu, mereka benar-benar di dalam kesesatan dan kejahilan yang nyata”.
Rabbitah Al Alam Al Islamy, Tafsir Al Muyassar, Jeddah KSA

Berkenaan manfaatnya ilmu, Imam Al Hafiz Zainuddin Abdur Rahman bin Ahmad bin Abdur Rahman bin Al Hassan As Sulami Al Baghdadi Al Hanbali rh. (Ibnu Rajab Al Hanbali – wafat 795H), mengatakan, ilmu yang bermanfaat akan menuntun kepada 2 perkara yaitu :

1.    Mengenal Allah Taala dan segala apa yang menjadi hakNya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang tinggi dan perbuatan-peerbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap dan tawakkal kepada Allah serta melahirkan redha terhadap taqdir dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.
2.    Mengetahui segala yang diredhai dan dicintai oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkaiNya berupa keyakinan, perbuatan yang zahir dan batin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya bersegera untuk melakukan segala apa yang diredhai dan dicintai Allah Taala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkaiNya.

Apabila ilmu itu menghasilkan hal begini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Bila-bila sahaja ilmu itu bermanfaat dan menusuk di dalam hati, maka sungguh, hati akan merasa khuyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah Taala. Maka jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah (murah hati) dan zuhud di dunia.
Imam Al Hafiz Ibnu Rajab Al Hanbali rh. Kitab Fadhlu Ilmi Salaf Alal Khalaf, halaman 11-13. Dinukil dari kitab takhrij dan ta’liq oleh Syeikh Ali bin Hassan bin Ali Abdul Hamid

Terkadang Allah Swt. mengkhabarkan tentang suatu kaum yang diberikan ilmu, namun ilmu yang ada pada mereka tidak mendatangkan manfaat. Itu adalah ilmu yang bermanfaat hakikatnya, akan tetapi penerimanya tidak memperlakukannya secara memberi manfaat. Hal ini diceritakan oleh Alah Swt. :

“Perumpamaan orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti kaldai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangatlah buruk kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Surah Al Jumu’ah (62) : ayat 5

Dan firmanNya lagi :

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia ; sedangkan terhadap kehidupan akhirat mereka lalai”.
Surah Ar Ruum (30) : ayat 7

Kerana itulah As Sunnah membahagikan ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang tidak bermanfaat kepada ummat muslimin, supaya perbezaan diantara keduanyanya dikenali. Seterusnya menganjurkan supaya ummat mukminin berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat sebaliknya sentiasa bermohon kepada Allah untuk menuntut, berpegang, beramal dan istiqomah dengan ilmu yang bermanfaat.

Dan pasti sekali ilmu yang haq itu adalah Al Qur’an dan As Sunnah Nabi Saw. serta apa jua ilmu pengetahuan yang bertunjangkan ketundukpatuhan kepadanya. Justeru itulah Allah Swt. menyuruh supaya berpegang teguh kepada ilmu yang haq (Al Qur’an dan As Sunnah) dan jangan sesekali berpegang kepada selain daripada itu menerusi firmanNya :

“Bahawasanya inilah jalan Ku yang lurus, maka ikutlah kamu akan dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah. Itulah perintah Tuhan kepadamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”.
Surah Al An’aam (6) : ayat 153

Selain dari perintah supaya berpegang teguh kepada ilmu yang haq, Allah Swt. juga berpesan seraya melarang ummat muslimin daripada merosakkan ilmu yang haq itu dengan melakukan perkara yang dilarang. Ummat muslimin dilarang sama sekali melakukan tasyabbuh (menyerupai orang-orang kafir) dalam aspek kehidupan biasa mahu pun dalan amalan beragama mereka, lantaran Islam diturunkan cukup lengkap syariat dan peraturannya, kerana ia termasuk dalam perbuatan kesesatan sepertimana firman Allah Swt. :

“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas satu syari’at (peraturan) dari urusan (agama), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.
Surah Al Jatsiyah (45) : ayat 18

Allah Swt. menurunkan ilmu yang haq itu kepada seluruh ummat manusia dan dicontohkan pula pemahaman dan amalannya oleh rasulNya. Ia terkandung suruhan dan juga larangan secara jelas dan nyata demi kebaikan manusia di dunia mahu pun di akhirat, tanpa sesuatu apa pun yang tersembunyi atau tidak lengkap. Seterusnya dituntut ummat mukminin menerima ilmu yang haq itu secara kaffah (keseluruhan) bukannya menerima yang disukai sahaja dan menolak sebahagian yang lain sepertimana perbuatan kaum yahudi dan nasrani.

Kerana itu, Allah Swt. memberi peringatan bahawa orang-orang yang telah datang kepada mereka pengetahuan, namun mereka memilih untuk mengkesampingkan kebenaran itu lantaran mengikut hawa nafsu atau apa-apa jua sebab yang bukan dengan keredhaan Allah Swt., maka sesungguhnya mereka tidak akan mendapat perlindungan dari siksaan Allah Swt. yang amat pedih. Begitulah dimaksudkan oleh Allah Swt. lewat KalamNya :

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab kepada mereka (yahudi dan nasrani yang masuk Islam) bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (yahudi dan nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah : sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepadaNya aku seru (manusia) dan hanya kepadaNya aku kembali.
Dan demikianlah, Kami telah turunkan Al Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam Bahasa Arab, dan seandainya kamu mengikut hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah”.
Surah Ar Ra’du (13) : ayat 36-37

Allah Swt. menurunkan ilmu yang haq yang dengannya ummat mukminin diperintahkan supaya menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, ajakan kepada agama Islam dan mentaati segala syari’atnya dan mencegah dari yang mungkar bagi semua yang menyalahi petunjuk Nabi Saw. Dan Allah Swt. berpesan supaya tidak menjadi seumpama golongan kafirun yang menyebar permusuhan dan kebencian sesama mereka, lalu mereka berpecah dan bercerai berai kepada beberapa kelompok. Mereka berselisih tentang pokok-pokok agama sedangkan telah datang kepada mereka keterangan yang jelas dan nyata. Demikianlah pesanan dan larangan Allah Swt. kepada kaum muslimin dalam firmanNya :

“Dan hendaklah di antara kamu, ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang yang bercerai berai dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat”.
Surah Aali Imran (3) : ayat 104-105

Satu lagi kerosakan terbesar dalam ilmu dan perbuatan amat terlarang adalah perangai menyembunyikan ilmu atau mencampuradukkannya demi untuk mencapai sesuatu maksud. Ummat muslimin disuruh berkata benar dan berdiri teguh atas ilmu yang haq seraya menyebarkan kebenaran itu ke seluruh alam. Tugas mukminin sebagai hamba Allah Swt. untuk menyembahNya dengan mempelajari ilmu, mentaati dan menyampaikannya. Perbuatan menyembunyikan ilmu kebenaran adalah suatu dosa besar yang tidak sepatutnya diperlakukan. Begitu juga, sangat terlarang mencampuradukkan kebenaran yang di datangkan Allah Swt. dengan kebatilan yang diada-adakan oleh syaitan dan manusia (waima sesiapa pun).

Hakikatnya, perbuatan mencampuradukan antara yang haq dengan yang batil ini adalah menyembunyikan al haq (kebenaran) dan memesongkan makna ilmu pengetahuan dari pemahaman sebenarnya. Ini perbuatan amat batil dan besar dosanya. Demikianlah pesanan Allah Swt. di dalam KalamNya :

“Dan janganlah (sekali-kali) kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”.
Surah Al Baqarah (2) : ayat 42

Dalam satu ayat lain, Allah Swt. dan seluruh makhluk lain melaknati manusia yang menyembunyikan ilmu, dalam firmanNya :

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab (Al Qur’an), mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati”.
Surah Al Baqarah (2) : ayat 159

Begitu juga, satu lagi gejala kerosakan ilmu yang sering dilakukan oleh ummat manusia adalah tidak mengamalkan ilmu yang diperolehi dan ini merupakan perbuatan yang menyebabkan hilangnya barokah ilmu. Sesungguhnya, seseorang yang memiliki ilmu akan diminta pertanggungjawaban atas ilmunya oleh Allah Swt. Orang sebegini hampir mencapai tahap munafiq lantaran hanya tahu dan pandai berkata-kata, namun gagal untuk melaksanakan hatta dalam diri sendiri pun. Benar Allah Swt. sangat membenci dan mencela orang-orang yang melakukan perbuatan ini menerusi firmanNya :

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian disisi Allah bahawa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Surah As Saff (61) : ayat 2-3

Demikian juga, amat dilarang dan dicela sikap manusia yang menjadi ulama’ suu’ (jahat dan buruk), yang dengan ilmunya dia ingin mendapatkan sanjungan manusia serta mengharapkan habuan dunia. Mereka akan sembunyikan yang haq juga memesongkan makna kebenaran dari Allah Swt. dan rasulNya, dengan mengikut apa sahaja yang membuatkan orang suka, bukan mengatakan hukum sebenarnya demi memastikan mereka akan mendapat habuan darinya.

Disebabkan perangai mereka inilah, yang haq dan yang batil telah bercampur aduk sehingga yang haq itu menjadi tersembunyi, tidak lagi dikenali dan terkesamping. Mereka inilah menjadi punca membiaknya segala macam bid’ah, khurafat dan kemungkaran dalam masyarakat.  Golongan ini adalah ulama’ yang rela menyesatkan diri demi mengharapkan habuan dan natijahnya telah menyesatkan jutaan ummat lain. Kepada mereka ini junjungan mulia Nabi Saw. telah berpesan :

“Dari Abu Hurairah Rhu. ia berkata bahawasanya Nabi Saw. bersabda : Barang siapa mempelajari sesuatu ilmu, yang dengan ilmu itu semestinya dia mencari wajah Allah, (akan tetapi) dia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka dia tidak akan mencium bau syurga pada hari qiyamat”.
Hadis sahih riwayat imam Abu Daud rh. imam Ibnu Majah rh. imam Ahmad rh. dan imam Ibu Hibban rh.

Akhirul Kalaam : setakat ini dahulu nukilan saya kali ini. Saya menyeru, marilah bersama kita mencari dan menuntut ilmu, seterusnya mengamalkan dan menyampaikannya. Menerusi cara inilah ilmu itu dapat dimanfaatkan dan akan menjadi saksi kebenaran ke atas untung nasib diri kita di hari akhirat nanti. Dan bersama lah kita memohon kepada Allah Azza Wajalla agar menjadikan kita golongan penegak ilmu yang haq dan tidak sesekali menjadi golongan yang merosakkannya. Mudah-mudahan sumbangan kecil ini memberi manfaat kepada kita semua terutamanya kepada diri saya sendiri.

“Dari Abu Hurairah Rhu. ia berkata bahawasanya Nabi Saw bersabda : Barang siapa yang mempelajari ilmu untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama’ dan untuk berdebat dengan orang-orang bodoh serta mencari perhatian orang banyak, maka Allah telah memasukkannya ke dalam neraka jahannam”.
Hadis hasan riwayat imam Ibnu Majah rh. (No. 260)

والله تعالى أعلم

Yang benar itu datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, semua yang tidak benar itu dari saya yang amat dhaif ini.

سكيان , والسلام

eddzahir@38
Tanah Liat, Bukit Mertajam

0 ulasan: